12. (ATHALA)

18 3 0
                                    

Yang bisa mengubah keadaan itu kamu sendiri, bukan orang lain.

Mau sebagus atau sebijak apapun Quotes yang kamu baca, ya tetap aja nggak ngaruh kalau kamu sendiri nggak mau bertindak buat merubahnya.
A
T
H
A
L
A
••••••

"Untuk melawan satu gadis saja kalian tidk bisa! Lalu apa yang kalian bisa, Hah?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk melawan satu gadis saja kalian tidk bisa! Lalu apa yang kalian bisa, Hah?!"

"Memalukan!" Tegasnya, aura kemarahan sangat terpancar. Pria tua itu menggeram marah, kedua tangannya mengepal kuat, lagi dan lagi usahanya untuk melenyapkan Athala kembali gagal.

"Maaf, Tuan! Tadi ada seorang pria yang membantunya. Ilmu beladirinya cukup mahir, hingga akhirnya kita kualahan, Tuan." Ucap salah satu pria berkaca mata hitam.

Afkar mendengus, ia tau betul siapa pria yang mereka maksud. Sudah lama ia ingin menyingkirkan Rafka, agar ia bisa mudah untuk melenyapkan keponakannya itu. Namun, sebuah perjanjian membuatnya terpaksa untuk mengurungkan niat bodohnya itu.

"Sudahlah, pergi dari hadapan saya!" Titahnya pada keempat pria suruhannya.

Mendengar perintah bos besarnya, mereka langsung pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat, sebelum mendapat amukan.

Brak!

Afkar menggebrak meja dengn kuat, hingga menimbulkan suara pukulan yang cukup nyaring. Pria itu berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju cendela ruang kerjanya. Cendela tersebut menghadap langsung kearah pantai, sehingga dapat membuat siapapun merasa tenang saat berada di sana.

Afkar merogoh ponsel di saku jaznya, kemudian mengetikkan sebuah nama pada pencarian kontak. Setelah menemukan nama yang ia tuju, pria itu langsung menekan tombol panggilan.

"Selamat siang, bagaimana? Apa anda sudah berhasil menghapus data-data dari jaringan komputer yang seminggu lalu saya kirimkan?"

"Maaf Tuan, saya belum berhasil menghapusnya. Jaringan komputer tersebut memiliki perlindungan yang sangat kuat, hingga saya sendiri susah untuk menjangkaunya."

Afkar mengumpat ketika mendengar penuturan dari Cracker yang ia perintah untuk menghapus data-data pada sebuah komputer yang menyimpan sebuah rahasia besar tentang dirinya. Pria tua itu langsung mematikan panggilan sepihak, kemudian melempar asal ponselnya keatas sofa hitam yang terletak di sebelah kanannya.

"Ini semua gara-gara kamu Athala! Kamu harus mati!" Pria itu tersenyum miring di akhir kalimatnya, membuat siapa saja yang melihatnya akan merinding.

••••••

Pagi ini Athala sudah siap dengan seragam sekolahnya, gadis itu menanting tas sekolahnya kemudian berjalan kearah meja belajar. Ia memasukkan beberapa buku catatan pada Tas sekolahnya. Namun, sebuah amplop berhasil menarik perhatiannya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang