7. (ATHALA)

23 3 0
                                    

♡Happy Reading♡
A
T
H
A
L
A
●•••••••●

Suara gemricik air hujan mengiringi setiap kepulan asap rokok yang ia himpit di sela-sela jarinya. Cowok dengan kaos hitam dan celana pendek hitam itu kini duduk termenung menatap kosong tetesan air hujan di depannya.

Rafka memang salah satu cowok penikmat rokok, hanya saja ia masih bisa mengontrol kapan, dan dimana ia bisa menghisapnya.

Saat ini sudah hampir empat batang rokok yang ia hisap. Entahlah, sepertinya fikiranya sedang tidak baik-baik saja. Kebenaran yang ia dapat beberapa hari yang lalu kini benar-benar memenuhi otaknya. Ditambah lagi melihat luka sayatan tadi pagi, hal itu benar-benar membuatnya yakin jika gadis yang selama tiga tahun ini ia kenal sebagai gadis kuat, nyatanya sedang menyembunyikan sebuah luka. Luka yang berusaha dia sembunyikan dari semua orang.

Rafka membuang putung rokok yang sudah sampai pada batas yang seharusnya di buang. Cowok itu memejamkan mata, kemudian kembali membukannya.

Cerita dari Bik Ijah membuatnya begitu kawatir dengan keadaan Athala. Tiga hari yang lalu, Cowok itu nekat menemui Bik Ijah. Dulu Athala pernah menceritakan tentang Bik Ijah yang rupanya sudah bekerja di tempat Athala dari gadis itu berusia lima tahun. Maka dari itu, Rafka menemui wanita itu untuk menanyakan beberapa hal tentang Athala. Sebab ia sangat yakin, bahwa Bik Ijah banyak mengetahui perihal gadis itu.

Dan atas paksaan dari Rafka, akhirnya wanita parubaya itu mau menceritakan beberapa hal yang membuat rafka terus memikirkannya hingga saat ini.

"Setiap hari Non Ala selalu mendapat siksa'an dari Tuan dan Nyonya."

"Bibik juga kasian sama Non Ala, tapi Bibik cuman pembantu di rumah ini. Bibik nggak bisa berbuat apa-apa, Den!" Ucap Bik ijah dengan ekspresi sedih setelah mengingat perlakuan Mario dan Erna terhadap Athala setiap harinya.

Rafka yang mendengarnya sempat kaget, selama ini gadis itu selalu menceritakan hal baik tentang keluarganya. Ia selalu bercerita bahwa kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Namun kenyataan-nya cerita itu sangat bertolak belakang dengan realita yang gadis itu alami.

"Bi-bibik pernah melihat Athala melukai diri sendiri?" Tanyanya sedikit ragu.

Bik Ijah mengangguk, "Iya! Waktu itu Bibik liat Non Ala hampir saja menggores pecahan kaca dari gelas yang Tuan lempar ke arahnya."

Rafka merotasikan bola matanya. "Om Mario melempar gelas?" Tanyanya kaget, Rafka tidak menyangka Mario tega melakukan hal itu terhadap putrinya sendiri.

"Iya Den, hal itu sudah biasa terjadi. Setiap marah Tuan sering melempar barang-barang ke arah Non Ala."

Rafka mendengus, ucapan-ucapan Bik Ijah beberapa hari lalu kembali memenuhi  kepalanya. Cowok itu mengusap wajahnya gusar. Sejak ia berada di danau waktu itu ia sudah merasa aneh dengan Athala, gadis itu seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Mulai saat  itulah Rafka semakin penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan gadis yang hampir Tiga tahun ini sering bersamannya. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk berusaha mencari tau sendiri.

Drtttt....

Suara ponsel membuyarkan lamunannya, membuat Rafka sontak beralih menatap poselnya yang bergetar di atas meja.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang