Belajarlah bersyukur dengan hal sekecil apapun yang kamu miliki, dengan begitu kamu tidak akan pernah merasa kekurangan dalam segi apapun.
A
T
H
A
L
A○●••••••●○
HAAPY READING!
Satu minggu telah berlalu, setelah insident pingsan waktu itu, Athala selalu dalam pengawasan Mario. Selama satu minggu, gadis itu tidak pernah dibiarkan keluar rumah, bahkan ketika berangkat dan pulang sekolah pun selalu di antar oleh orang-orang suruhan Mario. Alasannya cukup simpel, dia tidak mau Athala sampai melewatkan ujianya, dan dia juga tidak mau ada orang yang mengantikan posisi Athala sebagai siswi nomor satu di kelas. Setiap harinya gadis itu hanya dihadapkan dengan buku-buku sekolah dan juga laptop untuk belajar.
Dan saat ini, sekolah kembali masuk seperti biasah hingga dua bulan kedepan, hanya saja untuk kelas akhir sudah tidak terlalu di hadapkan dengan pelajaran sekolah. Setiap harinya hanya akan ada satu atau dua guru yang masuk dan selebihnya jamkos.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Dan kini Athala berjalan di koridor bersama Elya dan Zena di sampingnya. Mereka bertiga berjalan ke arah kantin untuk mencari minuman dingin, sekaligus mencari makanan ringan untuk menganjal perut.
Sesampainya di kantin, Athala mengedarkan padangan kesetiap sudut kqnti, mencari keberadaan Rafka yang sudah lebih dulu keluar kelas bersama Sandi dan Zico. Netranya jatuh pada meja paling ujung, di sana Rafka dan dua sahabatnya sudah duduk menikmati segelas minuman dingin di hadapannya.
Athala bergerak cepat menghampiri Rafka, diikuti dengan Zena dan Elya yang mengekor di belakangnya.
"Lu mau nyamperin mereka, La?" tanya Elya denga sedikit berbisik.
"Iya, ayo!" sahut Athala tanpa menghentikan langkahnya. Sedangkan Elya, gadis itu mendesis dalam hatinya, ia masih malas jika harus duduk berhadapan dengan Sandi. Rasa sakit hatinya akibat ucapan keluarga cowok itu benar-benar susah untuk ditepis dari fikirannya. Tapi mau tak mau ia tetap mengikuti langkah Athala dan Zena, sebab ia juga tidak mau duduk di meja sendirian dikantin tanpa seorang teman di hadapannya.
"Woy!" seru Athala pada ketiga cowok tersebut. Sebenarnya Athala kemari hanya karena ia melihat keberadaan Rafka, mungkin jika cowok itu tidak ada, ia akan lebih memilih duduk bertiga dengan Elya dan Zena. Jujur selama ini ia masih sering merasa tidak nyaman jika berinteraksi dengan laki-laki lain selain Rafka.
"Eh, ada Neng Athala yang paling gelis seantero. Silakan duduk atuh, Neng," kelakar Zico dengan kekehan di akhir kalimatnya. Mendengar itu sontak Athala langsung menampol wajah Zico.
"Diem lo, Zic" sahut Athala ketus. Ia kemudian mendudukkan dirinya tepat di samping Rafka, sedangkan Elya dan Zena duduk menyesuaikan kursi yang kosong. Jadi di kantin ini setiap meja di sediakan enam kursi, dengan meja berbentuk bulat dan kursi kayu yang masing-masing memiliki sandaran di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...