28. (ATHALA)

8 3 0
                                    

Trauma itu seperti kecelakaan hebat. Dia bisa selamat, tapi akan cacat seumur hidupnya.
A
T
H
A
L
A
○●•••••●○

Pagi ini Athala sudah siap dengan pakaian rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini Athala sudah siap dengan pakaian rapi. Semalam ia sudah terlanjur janji pada Elya untuk menemani gadis itu berbelanja baju untuk hadiah ulan tahun adiknya. Awalnya Athala sempat menolak, namun karena paksaan dari Elya, akhirnya ia menghiakan permintaan gadis itu.

Athala berdiri di depan cermin, gadis itu baru saja selesai memoles wajahnya. Ia mengenakan celana jins hitam serta tank top hitam yang kemudian di balut dengan kemeja kotak-kota berwarna gelap. Setelah merasa siap, ia kemudian berjalan ke rak sepatu untuk mengganti sandal bulunya dengan sepatu hitam miliknya. Athala juga membawa tas slemoang mini yang ia saat ini sudah ia kenakan.

Tok! Tok! Tok!

"Non, Athala! Di luar ada, Non Elya!" Teriak Bik Ijah di sela-sela ketukannya.

"Iya, Bik. Bentar!" Sahut Athala dari dalam. Gadis itu baru saja usai mengenakan sepatunya. Kini Athala berjalan kearah pintu untuk segera keluar dari kamarnya.

Athala tersenyum manis setelah ia membuka pintu kamar, rupanya Bik Ijah belum beranjak dari situ. Wanita parubaya itu menatap Athala dari bawah hingga atas dengan tatapan kagum.

"Masya Allah, Neng! Meni cantik pisan, si Eneng." puji Bik Ijah. Athala yang merasa sungkan kini menunduk malu.

"Yaudah atuh, Bik. Athala mau berangkat dulu." Athala berpamitan pada Bik Ijah. Ia juga tidak lupa menyalimi wanita itu. Setelahnya Athala langsung beranjak menuruni anak tangga untuk segera menemui Elya yang sudah menunggunya di depan rumah. Rencananya mereka akan berangkat berdua menaiki motor motor Scoopy milik Elya.

"Hey! Sorry ya lama," ujar Athala ketika sudah berada di hadapan Elya.

"ih, gue juga belum lama, La!" balas Elya dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Gimana? Kita berangkat sekarang?" tanya Athala. Ia menanting helem yang diberikan Rafka. Helem itu biasanya ia simpan di atas lemari yang terletak di ruang tamu.

"Iya, keburu panas entar."

Setelah itu keduanya segera menaiki motor. Elya yang menyetir dan Athala yang duduk di belakang. Selang beberapa menit, motor scoopy yang ia tumpangi mulai berjalan keluar dari pekarangan rumahnya. Kini motornya sudah melesat melewati jalan raya bersama pengendara lain di sekitarnya.

"Lo nggak apa-apa, kan? Naik motor gue?!" teriak Elya dari balik helemnya. Gadis itu merasa sedikit sungkan dengan Athala, ia takut jika gadis itu kurang nyaman naik motornya, secara Athala adalah anak orang kaya.

"Ha? Kenapa emang?" sahut Athala dari belakang. Ia tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Elya.

"Kan lo nggak pernah naik motor ginian, kali aja kurang nyaman gitu," jelas Elya. Sedangkan Athala yang mendengarnya langsung tertawa pelan, untuk apa tidak nyaman? Sejak dulu ia selalu hidup sederhana. Meskipun terlahir dari keluarga kaya raya, kenyataannya selama ini ia selalu hidup dalam pas-pasan. Hanya saja Athala terlalu pintar memutarkan uang dari Mario meskipun hanya sedikit, sehingga kehidupannya terlihat begitu mewah di hadapan teman-temannya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang