20. (ATHALA)

12 2 0
                                    

Berfikirlah sebelum berbicara, sebab tanpa sadar lisanmu bisa saja menyakiti ribuan hati di luar sana.
A
T
H
A
L
A
●•°•°•°•°•●

06:30

Suara kicauan burung saling bersautan mengiringi mentari yang mulai menampakkan diri. Goresan embun masih terlihat jelas di permukaan cendela, membuat siapa saja enggan untuk melepas selimutnya. Udara dingin perlahan menyusup masuk hingga ketulang-tulang. Pagi ini cuaca sedikit berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, sebab semalam hujan turun tanpa henti membasahi tanah perindunya. Hal ini yang menyebabkan udara pagi ini terasa begitu dingin.

Seorang gadis keluar dari kamar mandi, dengan memakai baju santai dan sebuah handuk kecil yang melilit di lehernya. Gadis berambut panjang itu rupanya baru saja usai dalam kegiatan membersihkan tubuhnnya.

Dengan perlahan ia membuka cendela kamarnya, membiarkan udara pagi masuk ke ruangan ini. Bau tanah langsung menyeruak ke dalam indra penciumannya, hal ini benar-benar membuatnya candu. Hari ini adalah hari minggu, hari di mana setiap orang akan memilih untuk bermalas-masalan. Namun lain halnya dengan Athala, hari ini ia bangun lebih awal, sebab ia harus mencari tau perihal sesuatu yang membuatnya tidak dapat tidur tenang semalam.

Athala menatap jam dinding yang kini baru menunjukkan pukul enam tiga puluh. Ia kembali berjalan ke arah meja rias untuk merapikan rambutnya.

Setelah selesai dari kegiatan menata rambut dan memoles wajah, kini ia mulai beranjak dari kursi rias. Gadis itu berjalan keluar kamar. Ia menyempatkan diri untuk menoleh ke arah kanan melihat kamar adiknya yang masih tertutup sempurna. Tak mau membuang-buang waktu dengan berdiam diri di sana, Athala segera mengalihkan atensinya, ia kemudian berjalan menuruni anak tangga yang menjalar ke arah ruang tengah rumahnya.

Setelah sampai di lantai satu, ia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Bik Ijah. Biasanya wanita itu akan sibuk memasak di dapur, namun entahlah, pagi ini ia tidak menjumpai keberadaannya di tempat ini. Tetapi di atas meja makan, dapat terlihat jelas semangkuk nasi goreng dengan asap yang masih mengepul di atasnya.

Matanya beralih menatap ke arah pintu belakang yang kini sepenuhnya sudah terbuka. Athala lantas bergerak menghampiri pintu itu, nalurinya berkata jika Bik Ijah ada di sana. Dan memang betul dugaannya, baru saja ia melewati pintu itu, kini netrannya sudah di suguhkan dengan keberadaan Bik Ijah. Wanita parubaya itu tengah sibuk menata buku-buku bekas di depan pintu Basement yang letaknya berlawanan dengan pintu belakang rumahnya.

Athala berjalan mendekat ke arah di mana Bik Ijah tengah berkutik dengan tumpukan buku dan kardus bekas.

"Ternyata Bibik disini, toh!" gumamnya ketika sudah sampai di samping Bik Ijah. Bik ijah yang merasa kaget dengan kedatangan Athala, ia lantas menoleh ke arah gadis itu dengan raut wajah yang tersirat sebuah tanda tanya.

"Aya naon, Non?" tanyanya dengan wajah mendongak ke atas, sebab posisinya saat ini tengah terduduk, sedangkan Athala berdiri di sampingnya.

Athala yang sedikit faham dengan situasi kini mulai mengsejajarkan posisinya dengan Bik Ijah. Gadis itu jongkok di samping Bik Ijah yang kini masih menatap lekat ke arahnya untuk menagih jawaban atas pertanyaan yang beberapa detik lalu ia lontarkan.

"Nggak kok, Bik. Ala tadi cuman mau nanya, Papa sama Mama ada di rumah atau nggak?" tanya Athala. Sejak pulang dari pemakaman sore itu, Athala memang sama sekali tidak keluar dari kamar. Yang ia ketahui pada saat itu Mario dan Erna memang sedang tidak berada di rumah, tetapi bisa saja mereka pulang semalam ketika ia sudah tertidur.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang