Jangan terlalu serius! Dunia ini hanya sebuah permainan. Pada akhirnya hanya ada dua pilihan, berakhir dengan kemenangan dan kekalahan.
"Bik, Bibik!" Teriak Agatha.
Mendengar teriakan adiknya, Athala sontak melirik sekilas kearah Agatha yang baru saja turun dari tangga.
"Bik Ijah belum masuk, dia bakal masuk lagi setelah tuju hari kematian putranya," sahut Athala. Sedangkan Agatha hanya terdiam tanpa berniat menyauti ucapan kakaknya.
Merasa tidak mendapat respon dari Agatha, kini Athala kembali melanjutkan sarapannya. Gadis itu baru saja membuat nasi goreng untuk dirinya sendiri, karena Bik Ijah masih belum bisa masuk kerja.
Agatha mendekat kearah Athala yang kini sedang menghabiskan nasi gorengnya di meja makan kecil yang ada di dapur.
"Kok nasi gorengnya cuman sepiring?" Protes Agatha. Gadis itu mencebikkan ujung bibirnya.
Athala mendengus, ia menghentikan suapanya kemudian beralih menatap Agatha yang berdiri di samping ia duduk.
"Kalo mau sarapan ya masak sendiri, lo kira gue babu!" sarkas Athala. Tiba-tiba saja mood makanya hilang. Ia kemudian berdiri dari posisi duduknya dan berjalan kearah tangga.
Baru menaiki satu tangga, ia menghentikan langkahnya ketika melihat Mario dan Erna yang baru saja keluar dari kamar mereka. Tidak mau mencari masalah, ia kembali berjalan melewati keduanya begitu saja. Athala dengan cepat menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya, sebab ia harus mengambil tas sekolah dan memakai sepatu sebelum berangkat sekolah.
Sesampainya di kamar, Athala langsung menyambar tas sekolahnya. Ia berdiri di depan cermin, gadis itu mrmbenarkan penampilannya serta seragam yang ia kenakan. Pagi ini ia akan kembali ke sekolah yang menurutnya saat ini sudah berubah seperti neraka. Setelah dua hari tidak masuk, ia yakin para murid di sekolah pasti mengira ia menghindar karena takut di bully.
Athala kembali berjalan keluar kamar ketika merasa sudah siap. Gadis itu menuruni anak tangga satu persatu. Namun, seketika langkah kakinya berhenti kala Erna menyegatnya di samping tangga. Wanita itu nampak menyeramkan, kedua tangan bersendekap dada dan tatapan nyalang yang siap memangsa siapa saja.
"Kamu masak kok cuman buat kamu sendiri? Kamu kira kita nggak laper!" Sentak Erna. Athala menautkan kedua alisnya merasa heran. Ada sedikit rasa tidak terima, sebab di sini ia bukan pembantu yang harus memasakkan semua orang yang ada di rumah ini.
"Aku buru-buru, Ma!" Athala ingin kembali melangkah demi menghindar dari amukan Erna. Namun sayangnya, Erna dengan cekatan langsung menahan bahunya.
"Masakin buat kita bertiga!" Erna memerintah dengan nada serius. Hal itu sungguh membuat emosi Athala seketika terpancing.
"Tapi aku mau berangkat sekolah, Ma!" protesnya dengan nada tinggi. Matanya menatap sekilas kearah Mario dan Agatha yang kini hanya menyaksikan dari meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA MISERY
Teen Fiction"Gue gila!" "Gue bodoh!" "GUE NGGAK BERGUNA!" jeritnya keras. Bibirnya tersenyum hambar, meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia merasakan sesak yang begitu dasyat di dadanya. Dan lagi-lagi darah kembali mengalir dari hidungnya, Ia b...