40. (ATHALA)

11 2 0
                                    

Bukan Tuhan yang jahat, hanya saja kita sedang diuji agar menjadi pribadi yang lebih kuat.

_A T H A L A_

"Tenang Athala! Semua ini tidak akan berjalan lama,"

"Sampai saat itu tiba, aku akan menjemputmu."

"jangan sedih, ya!"

****

"SEMESTA!" Teriak Athala keras. Gadis itu baru saja terbangun dari mimpi. Di dalam mimpinya ia bertemu dengan Semesta, pria itu mengenakan pakaian  serba putih dengan membawa setangkai mawar merah layu di tangannya.

Athala memegangi dadanya yang berdetak hebat, keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Setetes air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata. Setelah seminggu kematian Semesta baru kali ini cowok itu datang ke dalam mimpinya.

"Jemput?" tanya Athala pada dirinya sendiri. Kepalanya masih terngiang-ngiang dengan ucapan Semesta di mimpinya. Ia masih tidak mengerti dengan ucapan Semesta yang bekata  akan menjemputnya.

Athala mengusap wajahnya, gadia itu berusaha menepis fikirannya. Ia kemudian menyibak selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya lau berdiri dari kasur untuk segera masuk ke kamar mandi.

Dua puluh menit ia menghabiskan waktu untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti baju. Kini Athala sudah keluar dari ruang ganti. Gadis itu memakai celana hitam selutut berbahan jins dan kaos hitam lengan pendek bergambar mawar merah di bagian belakang.

Hari ini adalah hari minggu, itu artinya sekolah libur. Athala berencana untuk menghabiskan waktu dengan beberapa novel yang kemarin ia beli.

Tiba-tiba perutnya terasa lapar, Athala berjalan keluar kamar untuk menuju dapur. Ia ingin mengisi perutnya yang sejak kemarin belum terisi sama sekali.

Langkah Athala berhenti di ujung tangga ketika melihat tubuh seorang wanita yang berdiri membelakanginya. Seketika senyum Athala merekah kala menyadari siapa sosok wanita itu.

"Bik!" seru Athala dengan melangkah cepat menghampiri wanita yang baru saja ia panggil.

Bik ijah langsung membalikkan badan, tubuhnya tersentak kaget ketika Athala tiba-tiba berhampur ke pelukkanya. Sapu dan serok yang berada di tangannya langsung terlepas dari genggaman tangannya. Kini Bik ijah beralih membalas pelukan Athala.

Hangat, itulah yang saat ini Athala rasakan. Wanita paruh baya yang saat ini ia peluk adalah salah satu manusia yang benar-benar ia rindukan. Setelah satu minggu Bik Ijah cuti Athala selalu merasa kesepian di rumah ini. Agatha jarang sekali pulang setelah kepergian Erna dari rumah ini tiga hari yang lalu. Dan untuk Mario, pria itu sudah dua hari pergi ke bogor untuk mengurus bisnisnya yang ada di kota tersebut.

"Bik, Athala kangen__" ucap Athala dengan nada manja.

Tangan Bik Ijah mengelus rambut Athala lembut, bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman simpul.

"Bibik juga kangen sama, Non Athala," sahut Bik Ijah masih dalam posisi memeluk Athala.

Athala melepaskan diri dari pelukan Bik Ijah. Hatinya benar-benar tenang setelah melihat kehadiran Bik Ijah. Ia rindu wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri, ia juga rindu dengan nasi goreng masakan Bik Ijah.

"Bagaimana kabar Bibik?" tanya Athala.

"Alhamdulillah Bibik baik-baik aja, Non!"

"Syukurlah!"

Athala tersenyum tipis mendengar jawaban Bik Ijah. Meskipun sebenarnya ia tahu Bik Ijah hanya sedang berbohong. Dari mata wanita paruh baya itu masih terlihat jelas tasa kehilagan yang begitu besar. Athala yakin Bik Ijah belum sepenuhnya ikhlas atas kepergian Semesta, bagaimana pun Semesta adalah anak satu-satunya.

ATHALA MISERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang