42 - Band Putra Bangsa

31 6 20
                                    

(Alintang Cantika Herawan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Alintang Cantika Herawan)

Selamat hari minggu!!

[happy reading]

the meaning of time I've never seen. -90's Love NCT U Haechan part, English.


- - -

Suara dari depan pintu kelas 12 IPS 2 menarik perhatian, berdiri Alintang Cantika, mantan vokalis band Putra Bangsa yang juga salah satu siswi kelas 12 IPS 2. Tingginya yang lebih dari kebanyakan perempuan membuat ia dikagumi. Cantik, sangat. Bohong kalau Alfaraz tidak pernah tertarik.

Alin masuk ke dalam, menghampiri Revan. Bertanya mengenai lomba yang akan datang. Daripada tidak enak membahas di kelas, mereka memutuskan untuk menuju ruang band.

Sampainya di sana, ada seorang cewek yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Vokalis baru, Gilsya Afika. Sama dengan Alin, Gilsya juga sangat tinggi. Hampir menyamai tinggi Alfaraz.

Lagi-lagi pandangan Gilsya menuju ke arah tiga laki-laki yang duduk bersebelahan. Hingga panggilan dari Alin menyadarkan ia dari lamunannya.

“Senyum-senyum sendiri, hayo demen ya lo sama Viktor? Apa Zidan? Alfaraz?” Revan menggoda Gilsya yang sekarang salah tingkah di tempatnya. Viktor dan Zidan sama sekali tidak memedulikan, Alfaraz yang sedikit tertarik.

“Sama gue aja, mereka udah ada pawangnya,” canda Alfaraz, tidak tahu saja bagaimana efeknya untuk Gilsya.

Alin menghentikan aksi Revan dan Alfaraz yang sedang menggoda adik kelas mereka, “Siapa nih gantinya gue yang bisa rap?”

Revan menampilkan raut wajah sedih, “Vokal sih ada dua, tapi gada yang bisa kalo yang kpop-kpop. Si Gilsya spesialis lagu barat, Viktor yang lokal-lokal,”

“Aaah, adeknya Zidan kpopers tuh,” Revan memberi saran.

“Athala lagi?” desis Viktor yang langsung ditimpali yang lain.

“Ya gak papa dong, kalo dia emang bisa, malah bagus biar lo bisa sekalian pedekate, kak Viktor.” Gilsya memberikan saran seraya menunjukkan senyum lebarnya, bahkan Revan dan Alin juga mengangguk-anggukkan kepala mereka.

“Noh, dengerin Vik!” suruh Alfaraz.

Zidan menggelengkan kepala, “Gak bakalan mau.”

“Coba dulu tanyain!” bujuk Alin.

“Yakin gue, Athala gak bakal mau katanya lagi ngehindarin ketemu Viktor, gak sehat buat keadaan jantungnya.” papar Zidan.

“Ada-ada aja sih dekel satu itu, gue masih inget dulu pas kelas sebelas sering banget nge-gep dia mandangin Viktor.” kata Revan yang didengar antusias oleh Alfaraz, Zidan, Gilsya, dan Alin. Viktor tidak mempedulikan sama sekali, malah sibuk bermain ponsel.

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang