Selamat Membaca 🤩🤩
Hari ini hari selasa, tidak biasanya Athala telat. Bel masuk sudah berbunyi dari dua menit yang lalu, namun belum ada tanda–tanda bahwa teman sebangku Faya itu datang. Guru mata pelajaran mereka juga belum datang, karena jarak kantor guru dengan kelas 11 IPA 6 itu rada jauh.
Faya membalikkan tubuhnya kebelakang, “Athala gak berangkat?”
“Emang iya?” tanya Disya ganti.
“Gue nanya kampret.” ujar Faya kesal.
Disya nyengir, “Kagak tau aing.”
Faya mencebik. “Kalian ngerasa aneh gak sih sama Athala akhir–akhir ini?” tanya Faya kepada dua temannya.
“Nah kan, bukan cuman gue yang mikir gitu.” ujar Disya yang juga merasa aneh dengan sikap temannya yang kemarin hilang itu.
Diandra juga menganggukkan kepalanya setuju.
“Yang paling nyita perhatian gue, rambutnya.” ucap Faya.
“Rambutnya Athala sebelum ilang kemarin masih coklat kan?” tanya Diandra yang baru sadar ternyata.
“Matanya juga beda, jadi item sama kek rambutnya.” tambah Faya lagi.
“Yang lebih gue kagetin, kemarin pas gue sama Athala ke perpustakaan kan gue minta tolong ambilin buku di rak atas, biasanya kan nanya yang mana soalnya matanya minus, lah kemarin dia enggak nanya dan langung ngambilin.” jelas Disya panjang tentang kejadian hari senin kemarin.
“Lo pendek sih.” canda Faya, muka Disya menjadi masam.
“Mungkin kan rambutnya ia cat jadi hitam,” komentar Diandra yang juga masuk akal.
“Bisa jadi sih.” Faya masih ragu.
Obrolan mereka terhenti karena ada seseorang masuk bersama dengan guru BK mereka. Setelah dijelaskan, ternyata orang dari tempat bimbingan belajar. Mempromosikan bimbel dengan banyak diskon. Jadi, mereka tidak bertemu dengan guru BK yang galak itu.
Diandra yang paling senang. Dulu waktu masih kelas 10, Diandra pernah masuk BK karena rambut bagian bawahnya yang ia cat merah. Sebenarnya, pihak BK tidak ada yang tahu, tapi karena ada yang melaporkan makanya ia dipanggil ke BK dan rambut yang berwarna merah dipotong asal oleh guru BK nya.
Setelahnya, Diandra langsung menuju kelas mengambil tas kemudian pulang. Karena itulah, sekarang Diandra minta pindah kelas.
Di lain tempat, Athala bisa masuk untuk memarkirkan motornya di parkiran setelah ditanya banyak oleh satpam sekolah yang sudah menutup gerbang.
Namun tidak sampai disitu, setelah memarkirkan motor ia harus menyapu halaman sekolah terlebih dahulu sebagai hukuman.
Baru sedikit yang ia sapu, sudah ada penganggu datang. Siapa lagi kalau bukan Alfaraz. “Ganti profesi jadi bu bon ya?”
Athala kaget dengan kedatangan Alfaraz yang tiba–tiba. Sapu ditangannya bahkan sudah melayang kearah Alfaraz, jika saja Alfaraz tidak mundur menghindar pasti mukanya sudah terkena sapu Athala.
“Sante woi.” ujar Alfaraz yang kesal.
“Ya lagian, lo ngagetin.” sahut Athala yang tak kalah kesalnya.
Ditengah adu mulut mereka, Zidan datang menghampiri Alfaraz yang dari tadi ditunggu tidak kunjung datang malah ganggu adek kelas.
Setelah menyelesaikan hukuman menyapunya, Athala langsung kembali ke kelas saat pelajaran jam kedua baru dimulai.
Hingga sekarang saat istirahat pertama ketika mereka makan dikantin, Athala diserbu banyak pertanyaan oleh ketiga temannya.
“Gue kira enggak berangkat, eh taunya telat. Ckckck.” Diandra heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viktor Bukan Vektor
Jugendliteratur[follow sebelum baca!!] Warn!! Part awal masih berantakan, tolong pengertiannya ygy. Cover dari pinterest. "Gue suka kak Viktor, kayak gue suka Matematika." - Athala "Berdoa aja supaya gue kayak Matematikanya lo." - Viktor Viktor, vokalis Revenge...