5 - Olimpiade Matematika

144 34 32
                                    

Sebelum baca jangan lupa klik bintangnya, komen juga boleh.

Share ke temen juga..

Itu yang di mulmed Zidan, Alfaraz, dan Viktor ya...
Urut dari kiri ke kanan.

Happy Reading

•••

Seperti yang dikatakan Viktor, istirahat Athala pergi menuju kantor guru sendirian. Biasanya Athala pasti mencari teman untuk menemani. Merajuk ke teman-temannya minta diantar ke kantor guru. Karena teman-temannya sedang menunaikan ibadah.

Benar dugaan Athala. Ia di tunjuk lagi untuk mewakili lomba Olimpiade bidang Matematika. Tahun lalu, ia masih kelas 10 berhasil memasuki enam besar tingkat kota, namun tidak bisa melanjutkan ke tingkat provinsi.

“Memangnya kapan lombanya, Bu?”

“Masih bulan depan, tapi harus di siapkan dari sekarang.” jawab Bu Indah.

“Usahakan masuk tiga besar ya. Selia saja Fisika kemarin juara dua. Jangan kalah sama yang lain.” ucap Bu Indah lagi.

“Saya usaha kan ya, Bu. Kan Olimpiade emang susah, Bu.” jawab Athala seraya menganggukkan kepala.

Athala kembali ke kelas dengan wajah di tekuk, ia masih memikirkan tentang Selia yang bisa juara dua Fisika tahun kemarin. Bagaimana nanti kalau ia tidak bisa memasuki tiga besar? Padahal Bu Indah sangat berharap.

“Dari mana lo? Dateng-dateng muka kek baju kusut.” ucap Faya selaku chairmatenya.

Athala dan Faya duduk di bangku paling depan karena minus mata Athala yang belum tahu berapa. Athala tidak mau memeriksakan matanya. Apalagi kalau di suruh memakai kacamata, katanya kayak anak culun aja. Kalau pakai softlans, tambah tidak mau. Ribet.

“Kantor guru.” jawab Athala sekenanya kemudian duduk dan meletakkan kepalanya diatas meja dengan berbantal kedua tangannya.

“Suruh apa? Belajar matematika ya?” tebak Disya yang di belakangnya. Disya dan Diandra memang duduk di bangku kedua, tepat di belakang Faya dan Athala.

“Olimpiade ya?” tambah Diandra seraya membenahi tatanan rambutnya.

“Iya. Harus menang pokoknya.” ucap Athala dengan masih tetap di posisinya.

“Semangat ya. Gue bantu doa aja, gue gak ngerti matematika. Tapi kalo lo tanya kimia gue usahain.” ujar Faya.

“Sok sokan kimia tanya gue, nilai ulangan lo lebih kecil daripada Thala kalo lo lupa.” Celetuk Disya.

“Emang dasar kampret lo. Lagian Athala apa yang gabisa sih?” sahut Faya.

“Dapetin kak Viktor lah.” Ucap Diandra yang masih menata pantulan dirinya di cermin kecil yang ia bawa.

“Kalo itu gue setuju.” Jawab Faya seraya tertawa lebar.

“Teros buli gue teros aja. Kalau gue sampai bisa dapetin kak Viktor kalian mau apa?” ucap Athala sewot.

“Pikirin olim oy, kak Viktor besok besok lagi.” Ucap Disya dengan menyentil kepala Athala.

“Hooh, Thal. Semangat!” tambah Diandra.

•••

Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu. Banyak siswa siswi yang sudah mulai keluar.

Ada yang menuju ke parkiran, bagi yang membawa kendaraan pribadi berupa motor karena sekolah tidak memperbolehkan siswa siswinya membawa mobil ke sekolah. Mungkin gurunya malah saing. Ada juga yang menunggu bus di halte. Ada juga yang sedang menunggu jemputan.

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang