15 - Tetangga Baru

55 6 24
                                    

Koreksi kalau ada typo ya

Selamat membaca

-------------------------

Hari Minggu ini, Athala, Faya, Disya, dan Diandra sepakat untuk mengerjakan tugas kelompok mata pelajaran matematika dirumah Athala. Sebenarnya Diandra dan Faya mengajak untuk mengerjakan di kafe sambil nongkrong, namun Athala tidak mau lebih suka dirumah. Apalagi, materi kelompok mereka belum dijelaskan oleh guru dan hanya Athala yang sudah memahami materinya, jadi mereka akhirnya berada dirumah Athala.

“Sepi banget sih, kek hatinya Athala.” ucap Faya ketika sampai dirumah Athala.

“Kasian hati gue lo bawa–bawa kampret.” sahut Athala.

“Gaada makanan rumah gue, beli dulu sana minimarket depan!” lanjut Athala.

“WA Diandra aja suruh mampir.” saran Disya.

“Lah baru di WA udah sampe aja.” ucap Faya yang masih dihalaman depan rumah Athala.

Athala dan Disya keluar untuk melihat. “Lah cepet amat lo, pesenan gue mana?” tanya Disya.

Diandra mengernyitakan dahinya bingung, “Pesenan apa sih?”

“Lo gak buka hp?” tanya Faya.

Diandra menggelengkan kepala, “Gue naik ojek, hp di tas.” ucapnya seraya menunjukkan tas selempang kecil yang dibawanya.

“Emang ya kalian bertiga, kita mau ngerjain tugas kalian gak bawa buku satupun. Gunanya kalian bawa tas gaada.” omel Athala.

“Lo juga kan ada, ngapain bawa.” sahut Diandra, sontak Disya dan Faya menganggukkan kepala setuju membuat Athala ingin menggeplak kepala mereka.

“Serah kalian, gue mau ke minimarket depan.” ucap Athala setelahnya, kemudian berjalan menuju samping kanan rumahnya mengambil motor.

“Ikut dong.” ujar Disya.

“Gue juga.” tambah Faya.

“Gue gak mau ditinggal sendiri.” ucap Diandra, karena seorang Diandra itu penakut.

“Mau boncengan berempat, ha?” tanya Athala sedikit menaikkan suaranya.

“Faya bawa motor kok.” ucap Disya. Memang tadi Disya dan Faya datang bareng dengan Faya mengendarai motor sedangkan Disya nebeng.

Sampainya diminimarket, mereka memilih cemilan, lebih banyak ciki yang diambil. Athala menggelengkan kepala, karena ia tidak bisa makan ciki banyak, tenggorokannya sensitif.

“Nanti gak usah beli makan, gue masakin mie aja.” ujar Athala seraya mengambil beberapa mie instant pedas.

Diandra yang melihat itu lantas berkomentar, “Gue gak bisa makan pedes, Thal.”

“Oh iya, lupa.” ucap Athala menepuk jidatnya sendiri.

•••

Setelah tugas mereka selesai yang kebanyakan Athala mengerjakan sendiri, mereka fokus dengan drama Korea di TV ruang keluarga Athala dengan bantuan USB Disya seraya memakan snaks yang tadi mereka beli.

“Mie nya gue bawa ke sini.” ucapan Athala menginterupsi ketiganya.

“Makasih Athala.” ucap Diandra, Disya, dan Faya serempak.

“Wah pas, enggak lembek.” komentar Diandra. Athala tersenyum bangga.

“Sejak kapan lo bisa masak, Thal?” tanya Faya.

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang