47 - Kunci Motor Athala

16 3 0
                                    

sorry for typo ygy!
[happy reading]

- - -

Hari senin, waktunya kembali beraktivitas, kerja, kuliah, sekolah. Jalanan di hari senin pagi padat, dan Viktor kesiangan. Tambah lagi, ban motor depan miliknya kempes.

Hari ini juga, Athala terlambat bangun karena tadi malam ia habiskan untuk overthinking. Dan dilanjut dengan maraton menghabiskan drama korea yang totalnya 20 episode. Alarm di jam digital milik Athala tidak berbunyi, ponselnya mati, lupa tidak dicharge, begitu ceritanya.

Viktor hendak menghubungi kedua temannya supaya menjemputnya di bengkel yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolah, namun ia baru ingat paket data miliknya habis.

Entah kenapa dua murid SMA Putra Bangsa itu ketiban sial di hari senin, padahal upacara hampir dimulai. Untuk hari ini Athala memutuskan untuk mengendarai motornya ke sekolah. Netranya menangkap seseorang yang menurutnya tidak asing berdiri di pinggir jalan.

“Mau bareng gak?” tawar Athala tanpa basa-basi. Ia sangat mengenali seseorang yang mengenakan hoodie berwarna biru navy itu.

Viktor masih diam mendengar perempuan di depannya yang menawarkan tumpangan untuknya.

Athala membuka kaca helmya menyadari orang di hadapannya yang malah diam. “Hello, kak Viktor. Mau gak?”

Athala turun dari motornya, menyuruh Viktor yang menyetir. Viktor masih tidak habis pikir dengan kelakuan gadis yang katanya menyukai dirinya itu.

“Ngebut kak, telat.”

“Enggak ngebut juga udah telat,”

“Ya kan usaha gitu dikit.”

Setelahnya Viktor benar-benar menambah kecepatannya.

Sebelumnya, tadi Athala melepas jaket yang ia kenakan untuk menutupi pahanya. Ia tidak suka dibonceng dengan duduk miring. Dan kalau menunggu Viktor peka untuk meminjamkan hoodienya, sangat tidak mungkin.

Baru sampai mereka sudah dihadang oleh satpam, guru BK, dan anggota OSIS yang bertugas mencatat siswa yang telat.

“Viktor, 12 IPS 2.”

“Athala, 11 IPA 6.”

Kika, anak OSIS kelas bahasa itu lantas menulis nama dua orang tersebut. “Yang satu purna OSIS yang satunya masih anggota OSIS, ckckck.” ia bergumam namun masih bisa didengar oleh empat orang yang di sana.

“Ikut di barisan yang terlambat!” suruh guru BK.

“Heh, cil.”

“Apa sih?” sahut Athala tidak santai saat dipanggil cil oleh Viktor.

“Temenin gue lah, enak banget lo ninggal.”

Pada akhirnya Athala dan Viktor berjalan bersama menuju lapangan dan ikut di barisan yang panas, menghadap sinar matahari.

Kalian tahu, di barisan, ada Diandra, Ali, Bagas dan Hendi, dan sekarang anak kelas 11 IPA 6 bertambah Athala. Cukup untuk nanti mendengar ceramah Ibu Andin.

“Cielah jalan berdua, telat berdua.” bisik Diandra.

“Diem lo!” Diandra malah cekikikan, namun tidak bersuara.

Baru lima menit sejak Athala dan Viktor bergabung ke barisan, dan Athala sudah mengeluh berkali-kali.

“Tau gini gue pake kacamata photocromic.” keluhnya lagi.

“Cil, bisa diem gak sih, ngoceh mulu.”

Athala menoleh ke sampingnya, Viktor, sedari tadi ia memanggil Athala cil, bocil kan maksudnya?

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang