Selamat Membaca
---------------------
Seminggu sebelum Lomba Olimpiade, semua anak yang ikut tidak akan mengikuti pelajaran dikelas karena harus bimbingan olimpiade sesuai mata pelajaran yang diikuti. Tentu saja dikelas 11 IPA 6 banyak yang ikut, kelas terakhir tempat berkumpulnya anak–anak jenius, tapi tidak semua, namun rata–rata anak kelas 11 IPA 6 unggul dalam bidang pelajaran.
Ada sembilan bidang yang dilombakan. Kelas 11 IPA 6 mewakili empat bidang, untuk tiga mata bidang IPS, tentu diambil dari anak IPS, dan satu bidang bidang komputer diwakili oleh anak Bahasa. Satu bidang diwakili oleh kelas 11 IPA 4.
Sonya, tentu saja mengikuti biologi. Riska dipilih untuk mewakili kimia, Athala tentu matematika. Danesa, satu–satunya laki–laki 11 IPA 6 yang ikut olimpiade bidang fisika. Tahun kemarin, fisika diwakili oleh Selia namun sekarang Selia sudah kelas 12 jadi digantikan oleh Danesa.
Mulai hari senin hingga jumat, Athala selalu mengikuti bimbingan olimpiade di perpustakaan yang cukup besar. Jadi, untuk seminggu ini Faya duduk sendirian dikelas. Mulai dari materi dasar SMP hingga materi anak kuliahan diajarkan. Hari kamis ini, jadwal Bu Indah yang membimbing Athala, namun Bu Indah juga harus mengajar kelas.
“Athala nanti ikut pelajaran kelas Saya, ya.” ujar Bu Indah, Athala hanya mengangguk.
Untuk jam pertama ini kelas 12 IPS 2, kelasnya Viktor mata pelajaran matematika. Jadi, mereka belajar di perpustakaan dengan satu murid tambahan, Athala.
“Hari ini masuk materi baru, peluang. Ini Athala kelas 11, yang besok senin akan mengikuti lomba olimpiade matematika, jadi ikut pelajaran kita.” jelas Bu Indah, semua anak kelas 12 IPS 2 menganggukkan kepalanya.
“Seminggu belajar matematika gak gila lo?” ujar Alfaraz, Bu Indah tersenyum menanggapi. Kalau sedang dalam mood baik maka guru satu ini baiknya gak ketulungan, tapi kalau udah sekali marah, jangan tanya lagi.
“Coba aja, kak.” sahut Athala.
“Alfaraz seminggu belajar matematika, esoknya tinggal nama.” celetuk Zidan yang duduk disebelahnya.
“Jangan dulu, gue gak punya duit buat ngelayat.” ucap Revan, membuat satu kelas beserta Athala tertawa.
“Sudah? Bisa mulai pelajarannya?” tanya Bu Indah. Seluruhnya menganggukkan kepala.
Pelajaran dimulai dengan Bu Indah menjelaskan mulai dari faktorial, kombinasi, permutasi, hingga peluang kejadian majemuk. Walaupun anak IPS, tetapi mereka sangat antusias dalam pelajaran ini karena Bu Indah itu menjelaskan dengan sangat baik hingga mereka memahami semuanya.
“Athala tau kan faktorial?” tanya Bu Indah yang sedari tadi fokus menjelaskan. Athala menganggukkan kepala.
“Kamu lanjut ke peluang ya, soalnya kakak kelas kamu masih harus di faktorial.” lanjut Bu Indah.
“Belajar kilat, masuk emang?” lagi–lagi Alfaraz yang bertanya.
Athala menoleh ke Alfaraz, “Maaf ni ya, bukannya sombong apa gimana tapi kalo faktorial kombinasi permutasi gue udah bisa dari setahun yang lalu kak Alfaraz.” ucap Athala sambil senyum lebar. Jawaban Athala membuat kebanyakan anak kelas 12 IPS 2 tertawa.
“Sombong amat.” cibir Alfaraz.
“Sudah–sudah, Alfaraz kerjakan tugas kamu jangan ganggu Athala! Athala juga kerjakan materi peluang tahun lalu.” ucap Bu Indah menengahi, Athala patuh langsung mengerjakan, beda dengan Alfaraz yang memang aslinya usil.
“Bu Indah, mau tanya dong.” ujarnya.
Bu Indah mengangguk, “Tanya apa?”
“Itu Athala lagi ngerjain soal peluang matematikanya bener gak jawabannya?” tanya Alfaraz.
![](https://img.wattpad.com/cover/194721896-288-k121145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Viktor Bukan Vektor
Teen Fiction[follow sebelum baca!!] Warn!! Part awal masih berantakan, tolong pengertiannya ygy. Cover dari pinterest. "Gue suka kak Viktor, kayak gue suka Matematika." - Athala "Berdoa aja supaya gue kayak Matematikanya lo." - Viktor Viktor, vokalis Revenge...