20 - Diandra Webtoon

59 5 33
                                    

Hari kamis, seragam sekolah yang dikenakan adalah batik identitas berwarna merah dengan bawahan berwarna putih. Tapi untuk sepatunya, mereka tidak diizinkan memakai selain warna hitam putih. Alasannya, supaya tidak ada persaingan antar teman. Apalagi berlomba untuk menjadi hits.

Walaupun sudah peraturan, tetap saja ada yang melanggar. Seperti Diandra, contohnya.

Pulang sekolah ini, Diandra berniat mengajak Athala, Disya, dan Faya untuk makan di MC Donalds dalam rangka untuk merayakan serial webtoonnya yang telah memiliki 100 pembaca dalam hitungan hari.

Namun Faya menolak untuk ke MC Donalds, ia menyarankan ke W'COFFEE saja, kafe yang menyediakan berbagai macam kopi, baru dibuka senin kemarin, letaknya juga dekat dengan sekolah.

Sudah ditraktir, masih request tempat lagi. Siapa lagi kalau bukan Faya Arina Yaksa si maniak kopi.

Diandra itu anaknya suka kebebasan, sebelum berteman dengan Athala, Disya, dan Faya, Diandra temannya anak–anak hits, baik di sekolah yang sama maupun beda sekolah.

Kakak kelas perempuan juga suka gabung dengan Diandra. Tapi, semenjak ia pindah kelas dan berteman dengan Athala, Disya, dan Faya, Diandra jarang terlihat berkumpul dengan kakak kelas.

Terbukti, setelah Athala berteman dengan Diandra, banyak akun yang memfollow instagramnya. Tapi itu tidak membuat dirinya menjadi seperti Diandra. Banyak kakak kelas bahkan teman seangkatan yang tidak mengenali Athala. Hanya tahu namanya dan tahu jika dia anggota OSIS. Kalau ada yang tahu orangnya, maka kebanyakan tidak mengetahui namanya. 

Alasan Diandra pindah kelas itu, anak 11 IPA 5 tidak asyik, suka nyinyir. Paling banyak sebar gosip, tidak tahu itu kabar benar apa tidak yang penting ada topik. 

Di kelas 11 IPA 6 juga tidak beda jauh, tapi dikelas ini Diandra bisa menemukan teman yang tidak memandang terkenal tidaknya orang.

•••

“Mau apa?” tanya Diandra ketika mereka telah sampai di W'COFFEE.

“Macchiato aja.” sahut Faya, Disya juga ikutan memesan macchiato.

Diandra mengangguk, “Lo apa, Thal?”

“Americano.” sahut Athala. Tahu kopi americano kan? Yang rasanya pahit itu. Athala memesan americano mungkin untuk menggambarkan perasaan Viktor kepadanya, sama–sama pahit.

Athala dan Faya memilih duduk terlebih dahulu, membiarkan Diandra yang membayar serta membawa pesanan mereka dengan Disya.

“Selamat ya, 100 readers.” ujar Athala.

Diandra menanggapi dengan senyuman kemudian mengangguk.

“Tapi maaf ya, gue gak baca, gak suka komik.” ucap Disya jujur.

Faya ikutan menganggukkan kepala, “Gue juga enggak suka komik. Athala tuh yang suka banget.”

Lagi–lagi Athala kaget, sampai tersedak minumannya sendiri. Sontak Faya yang duduk disebelahnya menepuk–nepuk pungung Athala.

“Biasa aja minumnya, gak ada yang mau minta punya lo, pahit.” Diandra berkomentar.

“Gue aja yang suka kopi, rada gak suka americano.” jelas Faya si masternya kopi. Dulu saat pertama kalinya Faya memesan americano, ia langsung tidak suka dengan rasanya yang pahit. Walaupun sangat suka kopi, tapi Faya memblacklist Americano dari daftar kesukaannya.

“Itu Gilang bukan sih?” tanya Disya seraya menunjuk ke arah pintu masuk. Sontak saja, Athala dan Faya yang membelakangi pintu langsung membalikkan tubuh mereka.

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang