10 - Dance

82 14 19
                                    

Haii haii aku kambek lagi nii, maaf baru bisa update sekarang..

Cek mulmed ya!! Athala dan Diandra lagi akur noh

Koreksi typo yaa!!!

---------------

“Athala tolongin gue ya.” Diandra memohon.

“Enggak Di, enggak. Gue gak bisa nge-dance.” Jawab Athala sengak.

Diandra berdiri di depan Athala seraya menyatukan kedua telapak tangannya di depan muka. “Please, bantuin. Lomba nya tinggal dua hari, Vinni gak bisa soalnya kakinya cedera. Bantuin temen dapet pahala loh.”

Athala menghela nafas, “Minta sama adek kelas dance kan ada, Di. Kalau enggak ya siapa kek jangan gue.”

Diandra menggeleng, “Gak bisa kelas sepuluh, Thal. Kelas sepuluh udah ada sendiri.”

“Lo juga kan bisa, Thal. Ya. Bantuin gue sama anak dance. Nanti pulang sekolah langsung ke lapangan bareng gue. Makasih ya Athala sayang.” Ucapnya seraya mencubit pipi Athala setelah itu pergi keluar kelas.

“Bantuin aja lah, Thal.” Ucap Disya yang berada didepannya sembari membawa novel ditangannya. Hobi Disya selain menonton drama korea juga suka membaca novel – novel roman, tapi anehnya matanya masih normal beda dengan Athala yang sudah minus.

“Gue gak bisa ngedance kalau latihannya cuman dua hari, Disya. Bayangkan dua hari, cuman dua hari.”Athala yang tadinya menaruh kepala di meja langsung mengangkat kepalanya didepan Disya, membuat sang empu kaget.

Disya yang sedang memegang novel tebal dengan halaman 400-an refleks langsung menggeplak kepala Athala. 

“ANJIR BANGSAT, DISYA KAMPRET.” Teriak Athala, bayangkan buku tebal dengan Disya juga atlet taekwondo yang baru saja bergabung. Disya yang sudah mengira bakal di pukul ganti langsung lari meninggalkan kelas disusul Athala dengan tangan kiri yang masih memegang kepala.

Sampai di depan kelas Athala tidak sengaja menabrak seseorang, namun ia sendiri yang jatuh terduduk di depan pintu kelasnya.

“Eh, kenapa lo?” tanya Viktor. Viktor dan tiga temannya yang sedang berjalan hendak kembali kekelas harus berhenti karena Athala.

Athala tidak menjawab, masih diam seraya memegangi kepalanya dengan sesekali menjambaknya berharap pusingnya berkurang.

“Dek, rambutnya jangan dijambak.” Ujar Revan, salah satu teman Viktor.

“Yan, minum lo masih utuh kan? Sini.” Ucap Viktor ke Ryan yang baru saja membuka segel minumnya.

“Minum!” ucap Viktor lagi seraya menyodorkan minum ke Athala. Ryan yang melihatnya menghela napas. Karena belum sempat ia minum.

“Athala lo kenapa?” tanya Diandra yang baru datang dari kantin bersama Alfaraz.

“Lo apain Athala, Vik?” tanya Alfaraz, namun Viktor tidak menghiraukan.

“Mau dianter ke UKS?” tanya Viktor.

Disya dan Faya yang baru saja tiba juga bingung dan panik. Karena tadi Disya yang memukul kepala Athala. Wajah Disya sudah seperti orang mau nangis.

“Maaf, Thal. Gak sengaja beneran. Refleks gue tadi.” ucap Disya dengan nada bergetar. Athala masih diam.

“UKS aja ya.” ujar Diandra, namun Athala menggeleng.

“Tolong, mintain obat pusing aja.” pinta Athala.

Diandra dan Faya langsung bergegas menuju ke UKS, sedangkan Disya masih menemani Athala duduk di depan pintu kelas. Miris.

Viktor Bukan VektorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang