chapter 75 : Gunner

55 2 0
                                    

"Engga, apa nih sinon?" tanya hekeran ke sinon yang sedang membersihkan panahnya sebelum mereka berangkat untuk tugas mereka di ibu kota Re-eztize.

"iya." Masih focus dan agak kaku saat menjawab.

"Astaga, kamu yakin,nih? Setelah kau kembali dari kampung halamanmu. Kamu mengunci diri selama seminggu. Aku tak tahu kamu bisa mengendalikan mentalmu kembali untuk hari ini, tidak?"

Berhenti sejenak untuk membalas perkataan Hekeran. Dia berdiri lalu menatap dia dengan penuh keyakinan.

"Aku bisa dan jika kamu ingin tahu kalau aku sudah siap mental. Maka lihat saja sebanyak apa musuh yang kutakklukan!"

"Y-ya... yang jadi masalah kamu itu baru saja sembuh... *mengukur kepala... Aku sebagai orang yang paling bertanggung jawab denganmu ini sudah pantaskan mengawatirkanmu. Kita juga tak tahu kalau ka-"

Si pendeta, Roberdyk memegang Pundak Hekeran.

"Tenang kok, masih ada aku. Aku masih punya sihir untuk menjaga mental rekan tim kita. Lalu, ayolah... kita sudah kenal selama 5 tahun. Masa kau sekali tidak ingat seberapa tenangnya Sinon saat bertarung."

"Roberdyk.... Terimakasih!"

"Iya... itu yang jadi masalah. Seorang yang selalu tenang macam sinon bisa kena mental separah itu. Kan, agak aneh."

"Ayolah! Semua orang pasti penak terkena mental. Terutama saat kau tak sengaja membangunkan undead naga saat berduan dengan imi-"

"hussh~ jangan bahas itu! Baik-baik... tapi sinon aku harap kamu bisa."

"Iya tenang saja."

Sinon (POV)

Aku juga tidak terlalu tahu. Aku... baru saja merasakan sebuah bahaya yang sangat besar walaupun aku tidak sepenuhnya ingat. Tapi...

Perasaan itu...

Rasa dingin... itu...

Dan bau darah dan organ mencampur jadi satu. Aku sepertinya ingat itu.. teriakan dan jeritan rekanku yang tewas pada moment yang aku lupa penyebab dari kejadian itu...

Tapi...mata itu, mata yang bersinar merah dalam kegelapan seperti pada Death gun. Perasaan ku ini... jauh lebih dari trauma yang kualami. Tanganku... terasa pernah putus, hatiku terasa begitu cepat berdetak.

Sensasi penuh keputus asaan yang sama sekali tidak pernha kurasakan di setiap pertarunganku. Aku tak tahu... siapa dia atau apa dia. Aku ahnaya tak ingin bertemu dia lagi, karena tetap lebih mudah membunuh seseorang dari pada melihat mahkluk itu.

,,,,,,,,,,,,,,,,

Meow~ yo!

Argo berjalan Bersama silica yang tak membawa pina, berjalan mendekati regu mereka yang kurang satu orang.

"Apakah sudah waktunya Argo?"

"Masih belum, tapi kayaknya sebentar lagi."

"Ayo semua berkumpul!!" teriak di depan istana di mana lakyus mulai mengumpulkan semua pasukan yang terdiri dari prajurit kerajaan, para petualang dan beberapa worker. Semua berkumpul untuk mendengarkan semua rencana yang di buat oleh lakyus dengan pengawasan sang putri renner dari kamarnya.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Kembali di Erantel, Asuna sedang duduk di Yuuki yang sedang terbaring di kamar. Asuna melihat yuuki dengan tatapan penuh ke khawatiran kepada sahabatnya.

"Asuna... jangan terlalu membebani pikiranmu." Nigredo datang dengan membawa ember yang berisi air hangat untuk membasuh Yuuki yang masih tidur selama beberapa hari. Asuna mengangguk dan langsung memebasahi handuk yang diperas agar tidak telalu basah dan dengan pelan memberihkan tubuh kecil yuuki.

sword art online last game (sao x overlord fanfiction Indonesia) HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang