"iya ampun.....maaf ya,aku sebenarnya Cuma ingin menembak tanganmu tapi,tak kusangka aku malah mengenai peliharaanmu itu."
"........."
"heh? Kenapa kok Cuma diam saja hem.....dia masih bisa digantikan,hewanmu itu. Bagaimanapun dia Cuma peliharaan yang tidak bisa diajak bicara...Cuma mahkluk tanpa otak dan Cuma memakai insting dan karena itulah aku tidak suka peliharaan hewan...hmmm...kecuali itu adalah seorang gadis kecil sepertimu. Aku sangat suka gadis kecil sepertimu karena kalian itu Cuma bisa dilindungi,lemah! Sangat lemah....begitu mudah dimainkan yang membuatkalian bisa kujadikan mainan rumah-rumahan, sangat mudah menangis yang membuatku terhibur karena ekspresi kalian saat menangis. Indah sekali ekspresi kalian. Aku sudah meminta kepada 'dia' aku bisa memlihara gadis setelah perang selama aku masih hidup dan merawatnya dengan benar. Kalian begitu lemah dan penuh emosi berbeda dengan hewan yang ekspresinya monoton dan masih memiliki kekuatan yang lebih kuat dari gadis manusia atau demi-human seperti kalian. Mungkin kau harus berterima kasih saat ku pungut nanti daripada jadi beban bangsa mu yang Cuma menjadikanmu menjadi calon penitipan benih pejantankalian."
Silica Cuma diam tanpa suara dan memeluk pina yang sudah kaku tidak bernyawa. Menunduk dalam keheningan,air mata mengalir dari mata yang sudah kehabisan ekspresi tinggal tatapan kosong yang ada mengair di pipi yang sudah terluka. Tangan yang berlubang di penuhi darah merah terus memegangnya pina.
Aku ingat nama ini....sama seperti kucingku di duniaku berasal....iya benar.....seharusnya aku memeluknya sekarang.
Di malam saat dia masih sekolah dasar dia menemukanya di kolong jembatan....dia bukan kucing yang dibuang oleh induknya dan di jauhi oleh sebangsanya karena dia begitu kecil serta sering di kejar oleh anjing yang membuat yang lain menjauhinya. Aku membawanya saat itu di cuaca yang berangin dan mulai disusul dengan hujan....
"aku pulang!"
Datanglah kedua orang tuaku yang mendatangi ku yang tentu saja dengan memasang wajah cemas...tentu saja gadis kecil yang masih baru sekolah dasar bermain sendiri dan memutuskan untuk pulang sendiri....
"kamu keiko ayahmu benar-benar khawatir tahu."
"iya tentu saja! ayah khawatir jika kamu nanti kamu bisa terjatuh karena angin...."
Memang pantas pelakuan sebagai gadis kecil tapi....aku tidak selemah itu...
".....dan bisa jatuh sakit, lalu kucing sia itu? Kotor sekali."
"aku memungutnya dari bawah jembatan,aku sendiri yang menyelamatkannya!"
"wah..hebat sekali! Itulah putriku! Tentu saja boleh."
"kamu memang hebat keiko-chan."
Saat itu aku tersipi malu....karena saat itu aku tidak tahu bahwa mereka tidak percaya itu. Sekarang aku baru sadar ucapan mereka cumalah seperti seorang yang berbicara dengan bayi yang tidak bisa melakukan apapun...dia menganggap aku tidak sepenuhnya menolong pina. Walaupun itu masih bisa diterimasih...karena aku juga pada saat itu aku masih kecil. Setelah aku berhasil menyelamatkan pina aku merasa bisa menyelamatkan orang lain dan membantu mereka. Aku setelah itu terus mencoba membantu orang lain. Tetapi sudah jelas apa yang kudapat...mereka pasti bilang...
"tak usah kamu masih kecil"
Walaupun beitu aku tetap bisa membantu orang lain seumurku dan jarang-jarang aku bisa membantu orang lebih tua dari diriku, semua kenangan dalam menolong orang lain semua kulakukan dengan pina. Semua itu kusimpan bersamanya. Itu juga alasanku bermain di sao aku merasa akan lebih bisa bertemu sering bertemu orang lain yang bisa kubantu daripada di dunia nyata. Aku adalah salah satu pemain yang sangat antusia akan semua itu...tapi itu mulai berubah sampai warna merah memenuhi langit.....
KAMU SEDANG MEMBACA
sword art online last game (sao x overlord fanfiction Indonesia) Hiatus
Fantasykirito terkirim di dunia yang tidak dia kenal, dunia dimana gabungan antara game dan realita dan membuat kirito harus berpetualang dengan teman-temannya serta player yang dia temui untuk membuka misteri di balik kedangan mereka dan menghentikan play...