2

7K 906 138
                                    

Ansel mengerutkan dahi saat menatap foto seorang laki-laki berjaket hitam, dengan topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ansel mengerutkan dahi saat menatap foto seorang laki-laki berjaket hitam, dengan topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Gambar itu tergeletak di atas meja sebelum Ansel mengambilnya, mengamati hal-hal yang terjadi pada dirinya membuat dia berpikir, mungkin karena foto ini bapak scurity itu mengira bahwa dia adalah kerabatnya.

"Saya nggak lihat kamu bawa baju, kamu dirampok?"

Pertanyaan itu membuat Ansel yang terduduk di tepi ranjang lalu mendongak, si bapak yang semula memeriksa isi lemari kini menghampirinya dengan kaus dan celana panjang yang ia sodorkan pada dirinya.

Ansel bingung harus menjawab apa, pria paruh baya itu jelas mengira bawa dia adalah saudaranya dari kampung, yang datang ke kota ini untuk melamar kerja.

"Sudah. Tidak usah dipikirkan, ibu dan adikmu akan baik-baik saja, di sini gaji kamu juga pasti besar. Majikan saya orangnya royal, kamu tidak perlu bekerja ke luar negri," ucap pria itu dengan menyentuh bahu Ansel, membuat dia mencerna apa yang terjadi di antara mereka.

Ansel semakin kebingungan saat pria itu bertanya kenapa nomornya sulit dihubungi beberapa hari ini, lalu dia  kembali menjawabnya sendiri dengan dugaan bahwa barang berharga pemuda itu telah dicuri.

Dia tidak menyangkalnya, pun tidak membenarkan juga, memilih untuk diam saja takut salah berbicara.

"Siapa nama kamu? Saya lupa?" Pria itu kembali bertanya.

Sesaat Ansel berpikir. Ketika pria di hadapannya mengulang pertanyaan yang sama, dengan ragu dia menjawabnya. "Askara."

"Askara?" Sesaat pria itu termenung, mungkin tengah mengingat informasi yang sepertinya sedikit berbeda. Namun kemudian dia tidak lagi memikirkannya. Dan menyuruh Ansel untuk beristirahat dengan segera.

Ansel tidak sepenuhnya mengarang tentang namanya. Askara adalah bagian dari nama keluarga yang sebenarnya tidak boleh ia bawa-bawa. Dan kini dia malah menggunakannya.

"Bapak siapa?" Sepertinya pertanyaan Ansel kali ini sedikit mengundang curiga, karena pria yang nyaris keluar dari ruangan itu menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya. Tatapan itu terlihat entah.

"Kamu lupa?"

Ansel mencoba terlihat tenang, mengurangi kecurigaan pria itu tentang keanehan pada dirinya. "Seperti bapak yang melupakan namaku, sepertinya aku juga begitu."

Pria paruh baya itu lalu mengangguk. "Kamu biasa memanggil saya Paman Handi, anggaplah seperti bapakmu sendiri," ucapnya kemudian beranjak pergi.

Ansel tertegun, kalimat itu membuatnya merasa terenyuh. Dia lalu teringat pada sang papa yang tidak mau mengakui dia sebagai anaknya, bahkan orang lain saja meminta dianggap keluarga. Dengan miris pria itu sedikit tertawa.

Ponsel yang ia senyapkan di saku celana, dia ambil kemudian memeriksanya. Banyak panggilan masuk dari Bastian, juga pesan-pesan yang menanyakan keadaannya. Dia lalu membalas bahwa dirinya baik-baik saja.

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang