Belum hilang keterkejutannya atas permintaan sang paman. Ansel sudah diminta oleh pria itu untuk segera menghadap Justin sebelum dia berangkat ke kantor.
Ansel kembali memperhatikan penampilannya. Paman Handi memberikan dia pakaian milik salah satu anak kembar Tuan Justin, yang sudah tidak terpakai. Terlihat masih bagus dan begitu pas melekat di tubuhnya
Sesampainya di tempat tujuan. Sejenak Ansel menghentikan langkah, menatap punggung pria yang berdiri menelepon seseorang dan membelakanginya. Dia lalu memutuskan untuk menunggu saja.
Sebagai mata-mata di rumah ini, Ansel seharusnya menguping apa yang pria itu bicarakan. Tapi entah kenapa, dia tidak berani melakukan itu, dengan sopan Ansel pun sedikit menjauh dan menunggu obrolan pria di hadapannya sampai selesai.
Selang beberapa saat, seorang wanita paruh baya dengan secangkir kopi di tangannya lalu menyapa, membuat Ansel menoleh dan segera menunduk di hadapannya. Lewat informasi yang ia dapat dari sang paman, wanita itu adalah istri tuannya.
"Eh, kamu pasti Askara, yah?" Nena menyapa, senyum ramah yang tersungging di bibirnya membuat suasana hati Ansel lebih baik dari sebelumnya. Dia pun mengangguk.
"Iya, Tante." Ansel yang menyahut lalu tertegun, teringat sesuatu. "Eh, maaf," sesalnya dengan kembali menunduk. "Iya, Nyonya," ulangnya.
Wanita di hadapannya itu sedikit tertawa. "Nggak apa-apa kok, kalo mau manggil tante," ujarnya.
Tentu saja Ansel tidak berani, sebagai orang yang akan bekerja di rumah ini dia tentu harus tahu diri.
Ansel memerhatikan saat wanita itu menaruh cangkir kopi yang ia bawa ke atas meja, lalu menghampiri suaminya. Saat pria itu mematikan sambungan dan berbalik, Ansel kembali menundukkan kepala. Entah kenapa aura Justin selalu membuatnya merasa berbeda.
Justin mendekat, menyuruh pemuda di hadapannya untuk duduk di sofa. Dia sendiri menduduki sofa tunggal, berhadapan dengan Ansel yang menundukan pandangannya.
"Sebelumnya kamu pernah kerja di mana?" Justin bertanya.
Hal itu sudah dapat Ansel terka sebelumnya, tapi entah kenapa dia tetap gugup saat pria itu secara langsung menanyakannya. Sesuai informasi yang ia dapat dari Paman Handi, dengan lancar Ansel menjawabnya.
Justin tampak mengangguk, dia lalu kembali bertanya banyak hal yang tentu saja memang pasti ditanyakan, oleh pria yang akan menitipkan putrinya untuk dia jaga, dengan tenang Ansel menjawab semuanya.
Jawaban Ansel tidak sepenuhnya berdusta saat pria di hadapannya bertanya dia lulusan apa, berapa bahasa yang ia kuasi pun dia dapat menjawabnya. Dan sepertinya semua itu membuat Justin puas dan mempertimbangkan pemuda itu, untuk menjadi pengawal putrinya.
"Sena anak yang sulit dikendalikan, selalu ingin tahu dan penasaran. Gadis itu tidak akan kehabisan cara untuk mengelabuhimu. Dan jangan pernah terpancing dengan sikap manisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...