"Askara! Lo mati ya?"
Teriakan di balik pintu membuat Ansel sedikit terlonjak. Setelah memastikan kamarnya sudah aman, dia lalu membuka benda itu dan mendapati nonanya berdiri di sana.
"Lama banget, lagi ngapain?" Sena bertanya, melongok sekilas ke dalam kamar pemuda itu yang sederhana.
"Saya ketiduran, Nona." Askara menunduk saat mengutarakan kalimat itu.
"Kata Pak Handi lo lagi sakit?" Sena kembali bertanya, sedikit menelengkan kepala guna memastikan, wajah pemuda di hadapannya sepucat apa.
Ansel mengangguk kecil. "Iyah, saya butuh istirahat," ungkapnya. Berusaha terlihat selemas mungkin agar gadis itu bisa percaya. Dan sentuhan di keninggnya membuat ia tertegun beberapa lama.
Dengan santainya, Sena menempelkan punggung tangannya di kening pemuda itu, mengukur suhu dan tidak merasakan panas di sana. "Tapi lo nggak demam?"
Ansel yang tidak pandai berdusta tentu saja bingung harus menjawab apa. Dia lalu memegang perutnya. "Sepertinya saya salah makan, perut saya sakit," ucapnya.
Sena menerobos masuk ke kamar pemuda itu tanpa meminta izin terlebih dahulu, gadis itu memperhatikan sekeliling ruangan berukuran tiga kali tiga yang tentu saja jauh dari keadaan kamarnya. Tidak ada hiasan dinding, hanya kasur busa yang tergeletak di lantai juga kipas kecil dan meja àlakadarnya yang terdapat di sana.
"Mbak lilis kamarnya segini juga nggak?" Sena bertanya saat asisten rumah tangga bernama Lilis, ikut masuk dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur di tangannya.
"Segini gimana, Non?" Lilis bertanya.
Sena menoleh pada perempuan itu. "Sesempit ini," ralatnya.
"Ooh, ya iya lah, Non. Kan semua karyawan di sini kamarnya emang begini."
"Aku harus bilang ke papi nggak, biar bisa diperluas lagi?" Sena memberi penawaran.
Mendengar usul itu Lilis tertawa. "Ngapain diperluas, nggak usah atuh, Non Sena. Tapi kalo bisa mending usulin naik gaji aja," tuturnya dengan bercanda.
Ansel diam saja, pemuda itu masih khawatir sang nona akan menemukan laptop yang ia sembunyikan di balik bantal. Semoga gadis itu tidak menyadarinya.
"Yaudah kalo nggak mau." Setelah melengos sebal, Sena mengutarakan kalimat itu.
"Nggak perlu diperluas, Non. Orang tidurnya aja sendirian, iya nggak, Kang?" Lilis menyikut pria yang diam saja di sebelahnya.
Ansel pun menoleh, namun bingung harus memberi tanggapan apa. Dan Sena tentu saja memberikan tatapan sinis pada asistennya, gadis itu lalu beranjak duduk di tepi kasur yang tergeletak di sana.
"Kang Aska ini Lilis masakin bubur, katanya Kang Aska sakit. Jangan lupa dimakan ya, abis itu minum obat." Dengan begitu perhatian Lilis mengutarakan kalimatnya. Perempuan itu lalu menaruh nampan di atas meja dan duduk bersimpuh di depan nonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...