14

3.2K 540 68
                                    

Sepulang kuliah, Sena masuk ke kamar dan mengganti bajunya dengan kaus yang biasa ia kenakan di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang kuliah, Sena masuk ke kamar dan mengganti bajunya dengan kaus yang biasa ia kenakan di rumah. Dia menoleh saat seseorang mengetuk pintu dan kemudian membukanya. Sang mami melongokkan kepala, guna memastikan sang putri ada di dalam kamarnya.

"Kamu nggak kemana-mana sore ini?" Nena, wanita paruh baya yang tampak awet muda itu bertanya dengan menenteng gaun di tangannya. Dia  melangkah masuk.

Sena menaikkan kedua kakinya, bersila di atas ranjang. "Males ah, panas banget. Kalo malem aku boleh pergi nggak?" tanyanya mencoba peruntungan, barangkali sang mami tengah berbaik hati dan membolehkannya keluar malam.

"Mau pergi ke mana?"

"Temen aku ngadain pesta, Mi. Nggak papa ya aku ikut, kan ada Askara."  Sena menangkupkan kedua tangannya di depan dada, memohon pada wanita yang masih berdiri di hadapannya.

Nena berdecak tidak suka. "Perasaan ngadain pesta terus temen kamu," sindirnya.

"Temen aku kan bukan cuma satu, Mi."

"Nggak boleh. Ada Askara bukan berarti kamu bisa bebas keluar rumah ya, Sena. Justru ada dia tuh buat jagain kamu biar nggak kemana-mana."

"Ih, Mami kaya nggak pernah muda aja. Aku bosen, Mi. Dirumah terus nggak ngapa-ngapain."

Mendengar celotehan putrinya Nena melengos. "Dulu mami waktu muda nggak kaya kamu ya. Kerja terus mami, cari duit buat nyekolahin Om Ardi. Kamu mah enak banget hidupnya."

"Booseen." Sena memeluk bantal, merengek pada wanita itu.

"Kalo bosen nggak ada kerjaan, mending bantuin Mbak Lilis nyikatin kamar mandi." Nena memberi saran.

"Mamii!" Sena mengerang kesal, bisa-bisanya wanita itu menyuruhnya menyikat kamar mandi. Karena bahkan mencuci piring saja dia tidak mengerti.

"Udah iya nanti malem kamu boleh pergi." Nena kemudian berkata, setelah mèletakan dua gaun yang ia bawa ke atas kasur putrinya.

"Serius, Mi?" tentu saja Sena tidak percaya.

"Iya, pergi ke pesta sama mami, sama papi juga."

"Iiih nggak seru ah, nggak mau."

"Kamu tau sendiri kan resiko nolak perintah papi?" Nena mengingatkan putrinya, tentang uang bulanan yang terancam jika gadis itu tidak menurut pada mereka.

Merasa benar-benar terpuruk, Sena menggulingkan tubuhnya ke atas kasur dan berpura-pura menangis. Seolah hidupnya lebih tragis dari kisah rapunzel, si rambut emas panjang yang terkurung di dalam menara sepanjang hidupnya.

"Sungguh aku menderita."

"Udah jangan kebanyakan drama. Nanti malem jangan lupa pake baju dari mami. Di sana nanti banyak anak temen papi kamu, udah ganteng, mapan, calon pewaris perusahaan ternama. Kamu yang nggak bisa cuci piring itu harus nyari suami yang kaya mereka."

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang