Beberapa hari tinggal di kediaman sang papa, Ansel menyibukan diri untuk merenovasi gedung utara tempat dia dan mamanya akan tinggali. Tidak banyak yang harus diperbaiki, hanya mengganti barang-barang yang sudah lama dan menaruh semua keperluan mereka di sana.
Gedung berlantai satu itu ia sulap bak sebuah villa tempat liburan di luar kota, dia ingin mamanya merasa nyaman berada di sana.
Meski letaknya masih menempel dengan gedung utama, bangunan itu memiliki pintu gerbang sendiri untuk keluar dari area mansion Bagaskara. Ansel tidak perlu bertemu saudaranya yang lain jika ingin keluar masuk menemui mamanya.
Sang papa memberikan satu pekerja rumah tangga, juga suster yang merawat mamanya. Paman Lim dan juga Ansel sendiri tentu ikut tinggal di sana bersama mereka.
Mamanya terlihat sedikit lebih baik, dari terakhir kali dia menemuinya saat tinggal di rumah Justin. Wanita itu bahkan bisa mengenalinya juga, bisa menolak menu apa saja yang tidak ingin dia lihat di piringnya dengan gelengan kepala. Namun dia masih tampak kesulitan untuk berbicara.
Ansel tidak tahu kenapa kondisi mamanya semakin parah dari tahun ke tahun. Meski berkuliah di luar negri dia rutin mengunjungi wanita itu untuk melihat keadaannya.
Sejak Ansel masih kecil sang mama memang lebih senang menyendiri, Ansel bahkan tidak tahu bagaimana ceritnya wanita itu menjadi istri ke dua Dwitama, seperti ada sesuatu yang membuat wanita itu enggan mengungkap segalanya.
"Kemarin aku tinggal di rumah Om Justin, Ma." Ansel bercerita meski tanpa ditanya, entah kenapa dia merasa wanita itu ingin tahu beberapa hari ini dia tinggal di mana. "Di sana orangnya baik-baik," imbuhnya dengan menyuapkan satu sendok makanan ke mulut sang mama, yang kemudian terbuka.
Mengingat kembali saat dia tinggal di kediaman Justin membuat Ansel teringat pada Sena. Entah sedang apa gadis itu di rumahnya, sudahkan dia mendapat pengawal baru sebagai pengganti dirinya.
Ansel tidak bisa membayangkan jika Justin benar-benar memenjarakannya, bagaimana nasib sang mama. Tapi dia memang bersalah dan pantas mendapat hukuman jika Justin menginginkannya.
"Maaf, Tuan muda. Ini obat nyonya." Kedatangan suster yang membawakan mangkuk kecil berisi obat, juga segelas air putih di nampannya itu membuat Ansel menoleh.
"Taruh saja di meja, mama saya belum selesai makan." Ansel kembali menyuapi sang mama yang justru malah fokus memandangi suster yang meletakan nampan ke atas meja. "Mama, ayo makan lagi," bujuknya.
Wanita itu menggeleng, menatap sang suster dengan gurat ketakutan di wajahnya, kemudian membuang muka. Hal itu tentu membuat Ansel curiga, dia lalu menoleh pada perempuan yang ternyata masih berdiri di sebelahnya.
"Tinggalkan saja kami berdua," ucap Ansel. Dia belum membutuhkan tenaga perempuan itu mengurus sang mama.
"Saya hanya ingin memastikan nyonya meminum obatnya, Tuan. Karena itu penting untuk kesehatan nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...