34

3.6K 642 95
                                    

Beberapa menit kemudian, panggilan video dari pria yang sama membuat Sena melarutkan rasa jengkelnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa menit kemudian, panggilan video dari pria yang sama membuat Sena melarutkan rasa jengkelnya. Dia mengambil benda itu dan menerima panggilannya dengan segera.

"Apa! Mau bilang salah pencet buat yang ke dua kali?" Sindir Sena dengan kesal yang begitu kentara di raut wajahnya.

Bukannya merasa bersalah, Ansel malah tertawa. "Bercanda," ucapnya.

Sena menghela napas jengkel, mengambil bantal untuk ia pangku dan menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang. Bercandaan pria itu selalu membuatnya merasa kesal. "Udah baca pesan dari gue kan?"

Ansel tampak mengangguk. "Tapi saya tidak enak-,"

"Gue susah bujukin papi gue ya," serang Sena. Tentu saja dia tidak menerima penolakan apalagi dengan alasan tidak enak.

Sesaat Ansel terlihat diam, hingga kemudian dia pun berkata, "Besok saya ke kantor papi kamu," ucapnya.

Sena mengangguk, dia lalu bingung harus membahas apa lagi dengan pria itu. Akhirnya memutuskan untuk menyudahi percakapan mereka.

"Sena?"

Panggil Ansel saat Sena hendak mematikan sambungan telepon di ponselnya.

"Terimakasih." Ansel tersenyum saat mengucapkan kata itu.

Sena membalas dengan tindakan serupa. "Sama-sama," ucapnya.

"Mas pacar?"

Mendengar hal itu Sena tertawa. "Nggak Mas pacar lah, kan udah putus."

"Nggak mau." Ansel terlihat begitu sedih saat mengatakan dua kata itu, Sena jadi tersipu.

"Lo lagi bercanda?"

"Nggak."

"Jadi?"

"Panggil saya Mas pacar lagi. Saya suka panggilan itu."

"Bukan karena lo suka jadi pacar gue?"

"Saya suka jadi pacar Lasena Maura."

***

Beberapa hari berlalu selepas percakapan telepon video itu, keduanya semakin dekat.

Ansel pun sudah mulai bekerja di perusahaan Justin. Dengan dibantu oleh Nino, pria itu mulai mempelajari apa saja yang harus ia kerjakan setiap hari.

Pada awalnya Nino tentu tidak setuju, memasukan Ansel yang adalah putra dari rival mereka tentu sama saja dengan menaruh musuh di dalam selimut. Bisa saja sewaktu-waktu pria itu membelot, kembali pada ayahnya dan dengan mudah menghancurkan mereka.

Jino tidak setuju akan pernyataan abangnya. Jika memang Ansel adalah orang yang seperti itu, sejak awal menyusup di keluarga mereka, dia pasti sudah melakukannya. Mereka memang kalah pada saat itu, tapi bukan karena dicurangi. Dan kemampun putra ke tiga Bagaskara itu amat disayangkan jika harus mereka lewati.

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang