Pagi ini Sena mula berkuliah dengan diantar oleh pengawal barunya. Gadis itu tidak banyak berbicara, kecuali jika ditanya ke mana arah menuju kampusnya.
Sena masih kesal pada pria bernama Askara, sebab tawaran kerja sama semalam, ditolak mentah-mentah oleh dirinya. Dan mulai saat itu, dia menegaskan bahwa Askara benar-benar tidak berguna.
"Sudah sampai, Nona." Ansel berkata pelan, menoleh spion dalam hingga pandangannya bertemu dengan mata Sena yang meliriknya tidak suka. Tanpa mengucapkan terimakasih, gadis itu keluar begitu saja.
Ansel tidak peduli akan hal itu, tapi sebagai pengawal Sena, dia tentu harus menjaganya sampai masuk ke dalam kelas. Namu ketika pintu baru sedikit terbuka, dari arah luar Sena mendorongnya.
"Gue nggak suka diikutin sama pengawal, itu bakalan jadi tontonan dan gue nggak nyaman." Sena mengutarakan kalimatnya saat Ansel menunrunkan kaca.
"Baik, Nona." Dengan tak acuh Ansel membalasnya, dia juga tentu saja malas jika harus mengikuti gadis itu. Dan menjadi perhatian sepanjang perjalanan.
Sena menegakkan tubuhnya, tatapannya masih sinis pada pemuda itu. "Pokoknya gue nggak suka ngeliat muka lo!"
Sesaat hening. Ansel hanya diam dengan tatapan yang entah. Sebenarnya dia juga ingin berkata hal yang sama, berhubung tidak ingin diusir dari rumahnya dan tidak mendapat apa-apa, dia memilih untuk bersabar saja.
"Baik. Saya akan berada di tempat yang tidak bisa Nona lihat." Ansel mengalah, bersamaan dengan dirinya yang memalingkan pandangan dari gadis itu. Sena pun pergi dari sana.
.
Sena tampak mencari keberadaan seseorang saat sedang menaiki anak tangga. Bukan untuk menemuinya, dia justru ingin menghindar jika seandainya mereka tidak sengaja berjumpa.
Bari dan teman-temannya adalah orang yang tidak ingin Sena temui pagi ini, sebisa mungkin dia harus menghindarinya. Seperti saat dia nyaris bertemu mereka di ujung tangga, gadis itu kembali kabur dan lewat jalan lain menuju kelasnya.
"Senaa!"
Panggilan itu membuat Sena sedikit terlonjak, lalu bernapas lega saat mendapati Kairan lah yang tengah mendekatinya.
"Paan si." Sena melengos dan berniat untuk pergi, namun pemuda itu menghadangnya.
"Gimana semalem, sukses nggak? Gue mau nagih janji nih." Kairan melangkah mundur di hadapan gadis itu, melihat Sena tampak lesu dia lalu berjalan di sebelahnya. "Gimana? Sukses nggak?" ulangnya.
Sena berdecak sebal. "Lo nggak liat muka gue kusut begini?"
"Kapan si muka lo nggak pernah kusut."
"Siyal!"
Kairan menghindar saat sang sepupu yang bar-bar itu nyaris melayangkan pukulan di kepala. "Jadinya gagal? Lo nggak bisa bantuin gue, dong," keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...