13

3.4K 644 97
                                    

"Ayo, katanya mau ikut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo, katanya mau ikut." Sena sudah berdiri di balkon kamar sepupunya, melipat lengannya di depan dada saat Ansel yang berkata ingin ikut malah masih berdiri di tempatnya.

Ansel melirikkan matanya ke taman buatan yang berada di bawah mereka, menghitung seberapa tinggi kalau-kalau dia terjatuh dari sana.

Bahkan saat menyelinap ke rumah ini saja dia lebih memilih lewat pintu menggunakan kunci, pernah memang memanjat pagar pembatas, tapi tentu saja tidak setinggi ini.

"Saya lewat gerbang depan saja." Ansel memundurkan kakinya, tidak jadi mengambil ancang-ancang untuk meloncat ke seberang sana. Dan hal itu membuat Sena tertawa.

"Terserah lo." Setelah mengatakan itu, Sena pun berbalik meninggalkan pengawalnya begitu saja. Dia lalu mengetuk jendela kamar Arka, anak pertama omnya.

Setelah mendapat pemberitahuan dari dalam kamar bahwa pintu tidak dikunci, Sena segera masuk dan mengintip Ansel yang sudah berlalu dari tempatnya.

"Ngapain?" Arka, kakak kandung Kairan yang sibuk dengan laptop di meja belajarnya itu bertanya.

Sena berbalik, melangkah menedekati Arka saat pemuda itu kembali fokus pada benda di hadapannya. "Lo sibuk?"

"Masih bisa diganggu sih."

"Oke iya ini gue mau ganggu." Sena naik ke atas ranjang, bersila dan mengambil bantal untuk ia letakan di pangkuannya. "Lo udah ketemu sama pengawal baru gue belum?" tanyanya.

"Udah. Emang kenapa?"

"Nggak kaya pengawal gue sebelumnya kan?"

"Emang sodaraan?"

"Yamaksudnya dia tuh beda, Ka. Nggak kaya pengawal gitu."

Arka menoleh, menatap sepupunya dengan dahi berkerut. "Kurang gede gitu badannya?"

"Nggak juga."

"Pergi lo sana, bikin pusing gue aja." Bukan menanggapi sepupunya Arka malah mengusir gadis itu.

"Arka ih." Sena yang merasa kesal jadi mengomel. Arka ini sifatnya hampir sama dengan Kairan sang adik, sama-sama menyebalkan di mata Sena. Belum lagi jika ditambah Om Ardi, papi mereka. "Makanya lo dengerin gue dulu sini."

"Apa apa. Gue lagi ngerjain tugas nih."

"Kan katanya bisa diganggu."

Arka menghela napas, mengarahkan kursi putar yang ia duduki, pada Sena yang meminta perhatiannya. "Yaudah iyaa."

"Dia tuh beda dari karyawan-karyawan papi sebelumnya." Sena jadi bingung bagaimana menjelaskan pada sepupunya jika ada yang janggal dari pria bernama Askara.

"Beda kenapa? Yang ini normal? Terus kurang ajar sama lo?"

Sena berdecak sebal, gadis itu menggaruk rambut kepalanya yang tidak gatal. "Dia kaya bukan orang dari kampung gitu gak sih, Ka?"

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang