Kairan tengah bermain game di laptopnya saat Sena tiba-tiba masuk ke dalam kamar lewat pintu balkon. Hal itu membuat dia menoleh sejenak, lalu kembali fokus pada kegiatannya.
"Wangi banget lo, abis mandi malem-malem gini?" Sindir Kairan saat mencium aroma sabun cair yang menyengat dari tubuh sepupunya itu, rambut Sena bahkan masih basah, dia tidak perlu bertanya sebenarnya.
"Iya." Sena duduk di tepi ranjang, mengangkat kedua kakinya dan ia peluk. "Hubungan lo sama Shabila apa kabar, Kai?" tanyanya.
Kairan kembali menoleh, ditatapnya raut wajah Sena yang terlihat pucat. Mungkin terlalu lama berendam. "Lo mandi berapa jam si, bibir lo sampe pucet gitu?"
Sejenak Sena berpikir. "Nggak tau lupa," ucapnya.
Kairan merasa ada yang aneh dari sepupunya, namun dia berusaha untuk tidak mempedulikan itu, kembali fokus pada game di hadapannya. "Bila udah punya calon dia."
Sena yang semula melamun kemudian beralih menatap Kairan. "Lo nggak apa-apa?" tanyanya.
"Ya gue harus apa. Dia anak Pak Haji, sadar diri gue juga, nggak pantes jadi calon suaminya." Kairan memang sudah pasrah, saat Shabila berkata tengah menjalani taaruf dengan seorang pemuda. Yang tentunya dapat membimbing dia benar-benar menjadi calon penghuni surga. "Lagian gue juga iseng aja sih, nggak serius ngejarnya."
Kalimat itu membuat Sena terdiam. "Gue juga ngerasa nggak pantes buat Ansel," gumamnya tiba-tiba.
Kairan menghentikan permainannya, kemudian menoleh pada Sena. Perempuan itu sepertinya tengah mendapat masalah. "Kenapa? Bukannya kalian udah saling menyayangi?"
"Iya. Tapi itu sebelum gue jujur."
Sesaat Kairan tertegun, mencerna maksud dari kalimat yang diungkapkan sepupunya. "Lo udah bilang ke dia tentang diri lo?"
Sena menatap sepupunya Nanar, kemudian mengangguk. "Gue bilang sama dia kalo gue udah nggak virgin."
"Terus tanggapan dia?"
Ditanya seperti itu Sena terdiam, mengeratkan rangkulannya pada kedua lutut yang ia tekuk. Raut wajahnya terlihat bingung. "Gue nggak tau."
"Dia belum ngasih tanggapan apa-apa?"
Sena menggeleng."Gue nggak tau, Kai. Gue nggak tau."
"Kapan lo ngomongnya?"
"Kemarin malem. Pas dia nganterin gue pulang. Dan seharian ini dia nggak ngabarin gue lagi, Kai. Gue emang nggak pantes buat dia. Dia berhak dapet yang lebih sempurna kan?" Airmata Sena menetes begitu saja, kejujuran itu memang menyakitkan untuk dirinya. Tapi akan lebih sakit lagi saat melihan Ansel kecewa nantinya, ketika dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Kairan menarik kursi untuk mendekat pada sepupunya, kemudian duduk di hadapan perempuan itu. "Tapi lo bilang itu kecelakaan?" tanyanya pelan.
Sena menggeleng. "Nggak ada gunanya juga, di mata dia gue tetep kotor."
"Beda, Sena. Itu semua kecelakaan yang nggak pernah lo harapkan. Dan itu berbeda dengan kecerobohan atau kebodohan lo yang salah pergaulan. Seharusnya lo bilang sama dia, dia mungkin aja bisa ngerti."
"Nggak, Kai." Sena menatap wajah prihatin sepupunya. "Gue nggak mau dia nerima gue karena kasihan. Gue nggak mau dia terpaksa."
Kairan tidak tahu lagi harus bagaimana menenangkan sepupunya. Jika dia menjadi Sena mungkin juga akan melakukan hal yang sama, atau malah tidak sekuat perempuan itu menjalani hari-harinya.
"Gue merasa, gue emang nggak pantes buat Ansel. Dia terlalu sempurna buat gue, Kai. Bahkan gue nggak pantes buat siapapun."
"Nggak, Sena." Kairan menarik perempuan itu ke dalam pelukannya, merasakan betapa tubuh Sena bergetar saat terisak. Kairan berusaha menenangkannya. "Ada gue, lo nggak bakal sendirian."
"Dia ng, nggak hubbungin gue lagi, Kai. Dia nggak k,kasih kabar." Di sela isakannya yang memilukan, Sena berucap demikian. Membuat Kairan semakin merasa kasihan pada sepupunya yang bernasib malang.
"Ada gue, Sena. Gue pernah janji satu hal sama lo, sampe lo nikah dan menemukan seseorang yang nerima lo apa adanya, gue nggak bakal sama siapa-siapa." Sena adalah alasan Kairan tidak pernah serius dengan seorang perempuan. "Kalopun seandainya nggak ada seorangpun yang mau nerima lo apa adanya. Gue mau nikahin lo, Sen. Lo sama gue aja."
Sena semakin tersedu, Kairan adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Pria itu bahkan pernah berjanji untuk menikahinya jika tidak ada seorangpun yang menerima Lasena Maura. Korban pemerkosaan pengawalnya.
Sena pernah merasa serapuh ini saat kejadian itu membuatnya putus asa. Selalu merasa tubuhnya kotor bahkan setelah membersihkannya begitu lama. Dan Kairan juga yang membuatnya yakin, bahwa dia tidak akan kehilangan masadepannya.
"Kai...." Sena terlihat begitu lemah, dalam dekapan sepupunya itu dia menumpahkan airmatanya. "Gue harus gimana?"
"Ada gue, Sena. Ada gue." Kairan tahu mungkin memang tidak bisa dia menikahinya, setidaknya dia àkan memastikan bahwa Sena baik-baik saja.
Lanjut...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...