Sena akhirnya ikut pulang dengan Dokter Arya, temannya itu berkata akan mengantarkannya sampai rumah.
Sesaat hening ketika mobil mulai melaju ke jalan raya, sesekali Arya menoeleh dengan menahan senyumnya.
"Ketawa, ketawa aja. Nggak usah ditahan-tahan."
Sindiran itu membuat Arya benar-benar menyemburkan tawa, pria itu lalu mengacak puncak kepala Sena dan mengejek panggilan kakak untuknya.
"Mau lagi dong dipanggil kakak."
Sena berdecak sinis, namun memilih tidak menanggapi ledekan pria itu, malah membuang pandangannya ke luar jendela.
"Kamu yakin dia nggak suka perempuan?" Arya yang sedikit prihatin dengan temannya lalu bertanya.
"Hmm." Sena menjawab dengan gumaman singkat. Mereka memang cukup akrab karena kedekatan orangtua keduanya.
"Kayaknya kamu salah. Dari cara dia liat aku aja ketauan, dia itu cemburu, Sen." Arya melontarkan penilaiannya.
Sena menoleh. "Jangan-jangan dia suka sama lo."
Lagi-lagi Arya tertawa. "Siyal," umpatnya. "Nggak, aku yakin dia itu ada rasa sama kamu. Lagian dari mana juga kamu bisa menyimpulkan dia penyuka sesama jenis."
"Kata papi gue gitu."
"Mungkin hanya alasan dia aja biar diterima jadi pengawal kamu. Om Justin kan memang cari yang seperti itu."
Sesaat Sena berpikir mungkinkah benar begitu. Arya memang sempat ia beritahu tentang Ansel yang menyamar jadi bodyguardnya, sejak itulah mereka akhirnya dekat.
"Menurut lo gitu?" Sena yang belum yakin dengan dugaan pria itu bertanya ragu.
Sembari membelokkan kendaraan selepas melewati lampu merah, Arya pun mengangguk. "Dia suka sih sama kamu, aku laki-laki dan aku bisa menilai itu."
Sena tidak mau lagi banyak berharap, dia lalu bertanya mengenai kondisi Tante Anna. Dan Arya mejelaskan bahwa wanita itu harus mendapat penanganan yang serius dengan kejiwaannya.
"Tapi bisa sembuh kan?"
"Bisa. Tapi sabar."
Sena mengerti, dia lalu memilih untuk diam lagi. Memikirkan Ansel yang tengah sibuk mencari pekerjaan, belum lagi harus mengurus ibunya. Pria itu berada di masa yang sulit sekarang, tidak seharusnya dia membebani dengan perasaannya juga.
***
Menjelang malam, Sena mengetuk pintu kamar orangtuanya untuk membicarakan sesuatu.
Justin tengah duduk menyandarkan tubuhnya pada ranjang, sibuk menggulir layar ponsel di tangannya saat Sena mendapat izin untuk masuk ke dalam ruangan. Maminya masih berada di depan kaca, melakukan perawatan sebelum tidur untuk wajahnya yang awet muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...