"Gue kangen sama lo, emangnya nggak boleh?"
"Nona."
"Kenapa?" Sena mengangkat wajahnya menantang, mungkin pemuda itu pikir dia tidak akan berani sampai ke tempat ini. "Kenapa lo nggak pernah hubungin gue?"
"Untuk apa?"
"Untuk apa?" Sena mengulang pertanyaan pemuda di hadapannya. Bisa-bisanya dia baik-baik saja setelah beberapa hari tidak bertukar kabar dengan dirinya. Apa hanya ia sendiri yang menyimpan rindu terhadap pemuda itu. "Lo nggak kangen sama gue?" tanyanya tidak percaya.
Raut wajah Sena yang tampak kecewa, justru membuat Ansel ingin tertawa. Gadis itu terlihat semakin cantik saat tengah kesal pada dirinya. Ansel menyadari perasaan bahagia saat bertemu dengan Sena, hanya sebatas itu saja.
"Malah ketawa." Sena melengos kesal, bisa-bisanya dia jadi semurahan ini di depan seorang pria. Bahkan sampai mendekati kakaknya demi untuk bertemu dengan Ansel yang bahkan tidak merindukannya.
"Saya merindukan nona juga," ucap Ansel tanpa ekspresi yang berlebihan di wajahnya, dia memang rindu pada gadis itu. Dan dia mengakuinya. "Nona apa kabar?"
"Buruk," balas Sena cepat.
Dan jawaban itu membuat Ansel amat khawatir pada dirinya. "Apa yang terjadi?" tanyanya terlihat panik.
Sena memutar bolamatanya jengkel, dia sepertinya lupa pemuda itu sulit diajak bercanda. Belum sempat menanggapinya, dering ponsel di dalam tas mengalihkan perhatian mereka.
"Iya Sandi. Aku masih di sekitar rumah kamu kok." Sena mengangkat telepon dari Sandi yang bertanya dia berada di mana.
Mereka datang ke rumah memang bukan untuk makan malam, hanya sekadar mampir, dan izin keluar rumah kemudian. Namun pemuda itu ternyata dipanggil papanya, mungkin ada sesuatu yang harus dibicarakan.
Sena yakin Sandi pasti tengah membahas dirinya, bagaimanapun juga, hubungan keluarga mereka tidak sedang baik-baik saja, terlebih saat Ansel kedapatan menyusup dan Dwitama mengetahuinya. Tapi dari respon Sandi yang sepertinya tidak tahu bahwa Sena dan Ansel saling mengenal, Dwitama sepertinya tidak bercerita apa-apa pada putranya.
Sena mematikan sambungan telepon setelah memberitahu keberadaan dirinya pada si pemilik rumah, gadis itu berdecak sebal saat menyadari Ansel sudah tidak ada di sana. Kenapa pria itu tidak menunggunya selesai berbicara.
"Ngeselin banget si, main tinggal gitu aja." Sena menghentakan kakinya kesal, lalu melangkah lebih jauh untuk mencari Ansel yang dia harap masih berada di sekitar taman.
Gadis itu menoleh ke arah jendela yang tirainya terbuka, seorang wanita duduk di kursi roda mengarahkan tatapan kosong pada dirinya. Sena tidak tahu itu siapa, hingga sosok Ansel lalu muncul di belakang wanita itu dan ikut mengarahkan tatapan padanya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...