31

3.2K 599 116
                                    

"Yaudah si

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah si. Jadian juga baru sehari,  sedih amat roman-romannya." Kairan yang sudah bosan melihat sepupunya bermuram durja, melontarkan kalimat sindiran. "Lagian lo kaya udah pacaran taunan aja, diapa-apain juga belom kan lo," imbuhnya yang mendapat lemparan bantal guling yang dipeluk perempuan itu.

Kairan yang duduk bersila di kursi belajar tidak sempat menghindar, akhirnya membiarkan saja saat benda itu mengenai wajahnya. Dia sibuk memeluk toples yang sudah ia buka bagian tutupnya.

Sena mengusap airmata yang mengalir di pipinya dengan kasar. "Berisik banget lo, pergi sana," usirnya.

"Lah! Kamar gue, Anjir."

Sena melengos, mengambil bantal pemuda itu lagi dan kembali ia dekap di dadanya. Sepanjang siang hingga menjelang malam, dia terus bersedih dan memikirkan hubungan tidak jelasnya dengan pemuda bernama Ansel.

Dia bahkan bingung apa yang  membuatnya amat terluka, benar kata Kairan, jadian saja belum lama, mana belom sempet ngapa-ngapain juga. Tapi kenapa jadi sedrama ini perasaannya.

"Lo jadian aja kaya mau-mau kaga-kaga." Kairan kembali mengomel sembari mengunyah keripik kentang yang gadis itu bawa.

"Gue juga bingung." Sena berdehem saat nada suaranya terdengar serak. "Gue nembaknya main-main padahal, tapi sakitnya kenapa seserius ini."

Kairan berdecak sebal. "Lagian ngapain juga lo nembak duluan? Gue biarpun banyak cewek yang nyamperin, urusan nembak menembak gue duluan yang ngomong."

"Masalahnya dia bukan lo!" Sena jadi sewot, bagaimana bisa seorang Ansel disamakan dengan Kairan yang punya banyak cadangan perempuan.

Kairan menghela napas, memindahkan lagi keripik kentang dari dalam toples ke mulutnya. "Ya tehus sekahang lo mau himana?" tanyanya sembari mengunyah.

Sena mengangkat bahu. Kairan memang orang yang paling tahu tentang masalahnya dengan Ansel, karena bahkan teman-temannya saja tidak ada yang tahu sejauh pemuda itu mengetahuinya.

"Lo masih mau bantuin dia nggak? Lo bilang pengen bantuin emaknya."

"Gimana cara gue bantuin mamanya, anaknya aja ngeselin gitu."

"Ya lo jangan mandang anaknya, sekarang fokus tujuan lo aja."

"Gue belom bisa ketemu dia dalam waktu dekat."

Kairan mengangguk. "Dia nggak ngerti emang lo deketin abangnya cuman biar bisa ketemu dia doang?"

Pertanyaa itu membuat Sena menggeleng. Dia kembali teringat saat menawarkan pemuda itu untuk menjadi pacarnya.

Ansel bertanya apakah Sena akan menjauh dari Sandi, lalu dia pun mau saat Sena menyetujui. Yang Sena tangkap dari hal itu, Ansel memacarinya hanya agar dia menjauh dari kakaknya saja.

"Au ah, gue males bahas dia lagi." Sena beranjak turun dari kasur, menyambar toples di pelukan Kairan sebelum melangkah ke luar pintu balkon.

"Dih nggak jelas banget." Kairan jadi sewot, dia lalu menoleh ke arah meja belajar dan melihat hal penting yang gadis itu tinggal. "Tutup toples nyokap lo, Naa. Mau diusir lo!" teriaknya.

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang