Ansel memastikan semua penghuni rumah sudah pergi saat dia menyelinap ke ruangan kerja Tuan Justin, yang tentu saja dia tahu di mana pria itu meletakan kuncinya.
Para pekerja di rumah besar ini sudah pasti berada di kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Pada Paman Handi Ansel meminta izin keluar rumah untuk berobat, meski nyatanya dia tidak benar-benar pergi dari sana.
Ansel mengenakan sarung tangan, agar tidak meninggalkan jejak sidik jari saat dia menyentuh apapun.
Bukan berkas-berkas yang bertumpuk, pemuda itu justru malah mengambil bingkai foto yang terletak di atas meja. Potret anak kembar Tuan Justin yang tengah merangkul Sena di tengah mereka.
Ansel tentu dapat menebak bahwa Tuan Justin begitu menyayangi putra putrinya. Apakah sang papa menyimpan foto anak-anaknya di meja kerja seperti ini juga? Yang pasti tidak akan ada potret dirinya di sana.
Ansel meninggalkan benda itu, beralih pada sesuatu yang ia cari saat ponsel di saku celananya bergetar tanda telepon masuk dari seseorang.
Bastian. Pria itu terdengar menguap saat dia menerima sambungan. Kemudian meminta maaf karena baru terbangun dari tidurnya.
Ansel berdecak kecil. Dia menyuruh temannya untuk membantu mengawasi lewat cctv, takut kalau-kalau penghuni rumah ini telah kembali.
"Jadi, kau akan segera pulang setelah ini?" Bastian bertanya di seberang telepon.
Mendengar itu sesaat Ansel terdiam, sedikit ragu saat menjawab iya pada sahabatnya.
Bastian berkata akan menjemputnya, lalu bertanya kapan dan jam berapa dia akan pergi dari sana.
"Itu....." Ansel bingung harus menjawab apa, seperti ada sesuatu hal yang belum ia selesaikan di rumah ini. Begitu berat rasanya saat memutuskan untuk pergi. "Nanti aku kabari lagi," ucapnya kemudian.
Ansel lalu menutup sambungan, kembali fokus dengan apapun yang dia cari untuk dilaporkan pada sang papa. Dan setelah itu tugasnya akan selesai dan dia bisa pergi dari sana. Untuk sekarang ini, hanya itu harapannya.
.
Di tempat berbeda, sebuah pesta yang diperuntukan bagi kaum sosialita selalu membuat Sena merasa bosan berada di dalamnya.
Para orangtua membanggakan putra putri mereka yang begitu sukses di usia muda. Beruntung sang papi ada si kembar yang tentu saja begitu membanggakan tanpa harus dia umbar. Dan untuk dirinya, tentu saja cukup menuai pujian karena tumbuh dengan begitu cantik jelita.
"Apakah ini putri bungsu anda? Wah, cantik sekali. Sayang putra saya semuanya sudah beristri."
Kalimat itu tidak hanya sekali Sena dengar dari teman-teman sang papi. Dia hanya perlu tersenyum ramah dan mengangguk sopan pada mereka yang terus memujinya.
Sena mengedarkan pandangannya mencari sosok Julian, sama seperti dirinya, anak itu selalu dipaksa menghadiri pesta yang serupa. Dan cukup jauh dari mereka dia melihat pemuda itu tengah bersama keluarganya dan dikenalkan dengan seorang wanita muda. Sudah biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...