Ansel mengikuti Sena yang mengajaknya ke meja makan. Di sana sudah tersedia dua mangkuk berisi sup krim jagung yang mengepulkan uap panas. Dari aroma yang tercium saat pria itu mendudukkan tubuhnya di kursi, Ansel dapat menduga bahwa makanan itu cukup enak.
"Sebagai ucapan terimakasih gue, karena lo udah bantuin gue ngadepin Bari, gue masakin ini spesial buat lo." Sena mengutarakan kalimatnya dengan bangga.
Ansel menatap gadis di hadapannya takjub, namun kemudian terlihat curiga. "Nona yang memasaknya?"
"Kenapa? Lo takut keracunan. Nggak bakalan orang gue udah nyicipin duluan." Sena yang merasa semangatnya mulai berceceran lalu memilih untuk duduk di sebelah pemuda itu. "Nggak percaya?"
Ansel mengalihkan pandangannya yang sempat terpaku pada wajah cantik Sena yang sedikit berbeda, mungkin karena tingkah manis yang dilakukannya. "Terimakasih," ucapnya.
"Abisin ya, jarang-jarang loh gue mau masak." Sena mulai menyendok sup di mangkuknya, menyibakkan rambut panjangnya yang sedikit mengganggu saat dia menundukkan kepala.
Ansel ikut memasukkan satu sendok makanan itu ke mulutnya, sembari mengunyah dia menoleh pada Sena yang tampak memerhatikan wajahnya.
"Enak, kan?" tanya Sena.
Ansel berdehem, belum pernah dia sedekat ini dengan seorang wanita sebelumnya. Masa-masa remajanya dihabiskan dengan belajar saja, karena dia ingin memberikan yang terbaik untuk sang papa. Meskipun dia tahu pria itu tidak pernah menganggap keberadaannya.
"Iya, enak."
Sena bertepuk tangan, lalu kembali mengambil sendok di mangkuknya. "Ayo makan lagi, abisin," titahnya.
"Ini minumnya, Non Sena, Kang Aska." Lilis dengan semangat mengantarkan dua gelas es jeruk peras dan meletakannya di atas meja. Perempuan itu lalu berdiri di sebelah pria yang terang-terangan disukainya. "Gimana, Kang? Enak nggak makanannya? Lilis loh yang bikin."
Ansel tertegun, setelah menoleh pada Lilis yang tersenyum meyakinkan, pemuda itu mengalihkan tatapannya pada Sena yang menutup wajahnya dengan sebelah tangan.
"Mbak Lilis, kita udah sepakat ya. Ini tuh masakan gue." Sena yang tidak terima mengacungkan sendok di tangannya pada Lilis, raut wajahnya terlihat jengkel.
"Oh Non Sena teh mau kasih Kang Aska, kirain Lilis suruh ngaku di depan Tuan, ih mana Lilis tau orang yang Non Sena maksud teh Kang Aska." Lilis memaparkan sebuah alasan, karena dia pikir nonanya ingin memberikan masakan spesial untuk papanya. "Meni spesial atuh ngomongnya, Lilis teh jadi cemburu."
"Balikin duit gue duaratus rebu." Sena beranjak berdiri, membuat perempuan bernama Lilis berjengit mundur.
"Nggak bisa atuh, Non Sena. Inimah udah jadi hak Lilis."
"Siyalan!" Sena terus mengomel saat asisten rumahtangganya itu berlari kabur, gadis itu lalu kembali duduk.
Ansel menyembunyikan senyumnya dengan sedikit terbatuk, lalu menoleh pada Sena yang tengah menggaruk belakang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...