"Cie dilamar." Kairan menggoda Sena yang saat ini berada di dapur. Awalnya dia membantu sang ibu menyiapkan kue untuk tamu mereka, tapi saat Nena kembali ke ruang itu ⁴dia memilih tetap tinggal di dapur saja.
Mereka tengah membahas tanggal yang bagus untuk pesta pertunangan dirinya. Tapi Sena serahkan saja semuanya pada sang papi, yang penting dia sudah menyetujuinya.
Sena menyumpal mulut Kairan dengan potongan kue di tangannya. "Jangan rese, gue lagi males ribut sama lo."
Di sela mengunyah, Kairan tertawa. "Pasti lagi berdebar-debar ya. Bentar lagi nikah, eeaa," godanya lagi dengan kembali mengambil potongan kue di hadapannya. "Oh Ya Tuhan, akhirnya gue bisa cari pacar jugaa."
Kebahagiaan sepupunya itu membuat Sena ikut tertawa. "Lagian ngapain juga lo nungguin gue. Ogah gue nikah sama lo," serang Sena.
"Ya apa lagi gua." Kairan melengos sebal. "Udah kebayang seberantakan apa ruma tangga gua."
"Eh gue istri yang baik ya, piring bersih aja gue cuci ulang."
"Kurang kerjaan lo. Ngabis-ngabisin sabun, bikin gue jatuh miskin."
Sena tertawa, menendang kaki sepupunya dengan gemas, tentu saja pria itu menghindarinya.
Sena sempat berpikir akan menerima tawaran sepupunya itu untuk menikah, jika memang tidak ada seorang pria yang akan menerimanya.
Tapi tentu saja dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka setelahnya.
"Makasih ya, Kai." Sena sedikit ragu saat mengutarakan kalimat itu.
Kairan yang sempat fokus pada potongan kue di atas meja kemudian menoleh. "Buat?"
"Makasih karena lo udah nguatin gue, jagain gue juga. Setelah ini lo harus cari pacar, seriusin ya."
Kairan mengangguk. Dia lalu berkata senang melakukannya. "Lo jadi istri yang baik ya, entar kalo sampe jadi janda tawaran gue udah nggak berlaku pokoknya."
Sena kembali tertawa. "Entar gue jadi bini ke dua lo aja, bini ke dua yang lebih berkuasa dari istri pertamanya."
"Amit-amit." Kairan menendang kaki perempuan itu yang reflek menjauh.
"Gue mandi dulu deh. Kalo ada yang nyariin bilangin ya."
"Udah berapa kali mandi lo?"
Sena yang sudah melangkah kemudian menoleh. "Gue belom mandi dari pagi."
"Siyal. Eh, ini kuenya buat gue ya."
"Makan aja." Sena menjawab dengan semakin menjauh, lalu menghilang dari pandangan Kairan yang memilih sibuk dengan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, Kairan yang masih berada di dapur lalu bertemu dengan Ansel yang masuk dan mencari seseorang.
"Cari Sena?" Kairan bertanya.
"Iya." Ansel menjawab dengan mendekati pria itu. "Sena ke mana?"
"Dia lagi mandi."
Ansel mengangguk mengerti, belum sempat berpamitan undur diri. Kairan mengajaknya berbicara lagi.
"Bisa ngobrol sebentar?" Kairan bertanya sopan, memasukkan ponselnya ke saku celana selutut yang dikenakannya.
"Ansel kemudian mengangguk."
.
Agar lebih nyaman mengobrol, Kairan mengajak Ansel ke luar rumah dan berdiri di sebelah kolam ikan milik keluarga Sena.
".... terlepas dari pergaulannya yang terkesan bebas, Sena itu perempuan yang baik." Kairan menceritakan bagaimana kepribadian sepupunya, yang Ansel tahu mereka memang tumbuh besar di lingkungan yang sama.
"Iyah, aku tau. Dan aku tidak mempermasalahkan hal itu," balas Ansel. Keduanya tengah membahas masalah Sena yang dianggap tidak sempurna bagi sebagian pria.
Ansel sempat terkejut ternyata hal itu diketahui oleh keluarga Sena juga. Tapi kenapa? Apa yang terjadi dengan kekasihnya.
"Baguslah kalo gitu." Kairan ikut bahagia. "Asal lo tau aja nih ya, gue bukan mau belain Sena karena dia sepupu gue. Tapi ini emang kenyataannya."
Ansel yang semula menatap ikan-ikan di kolam kemudian menoleh. Antusias dengan apa yang ingin Kairan katakan tentang sepupunya.
"Kalo lo berpikir Sena rusak karena pergaulan bebasnya itu, lo salah. Nggak ada satu orangpun laki-laki yang banyak Sena curhatin ke gue selain lo. Dan gue bisa jamin, lo adalah orang pertama yang berhasil ngambil hati sepupu gue itu."
Ansel mengerutkan dahi, mencoba mencerna kalimat sepupu Sena yang entah kenapa menimbulkan rasa bahagia di dalam hatinya.
"Mungkin Sena pernah ngaku ke lo kalo dia banyak teman cowok atau mantan gitu istilahnya, tapi gue bisa pastikan kalo dia nggak serius sama mereka. Ya kalo putus yaudah putus aja, tapi kalo sama lo dia beda." Kairan memberi jeda ucapannya. "Cuma sama lo Sena jujur masalah hal itu. Dan cuma sama lo dia bener-bener berada di titik rapuh."
"Sena kenapa?" Ansel sepertinya dapat menebak ke mana arah pembicaraan pria di hadapannya. Ada sesuatu yang belum ia ketahui tentang kekasihnya.
"Biar Sena aja yang cerita sama lo." Kairan menunjuk seseorang yang datang dengan dagunya, kemudian melangkah pergi setelah menepuk sekolas lengan pria di hadapannya.
"Ngomongin aku ya?" Sena bertanya saat Kairan sudah pergi meninggalkan mereka.
"Sena?"
"Hm?"
"Apa yang terjadi sama kamu?"
..
Lanjut...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...