Ansel membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi lantai bawah di rumah itu. Dengan tangan ia menyisir rambutnya yang setengah basah di depan cermin. Sesaat matanya terpejam, mengenyahkan pikirannya tentang perempuan bernama Sena, yang tidak sengaja ia lihat saat membuka bajunya.
Tidak ada yang aneh sebenarnya, bahkan perempuan itu saja masih mengenakan tanktop yang menutupi sebagian tubuhnya. Tapi entah kenapa, bayangan saat gadis itu menoleh selalu berputar-putar di kepalanya.
Tapi Ansel percaya itu tidak berarti apa-apa, mungkin saja karena dirinya terlalu gugup untuk menjalankan rencana nanti malam. Akhirnya dia jadi berpikir yang bukan-bukan.
Sekali lagi Ansel merapikan rambutnya di depan cermin, lalu tertegun saat samar-samar mendengar keributan yang semakin jelas masuk ke dalam rumah. Pria itu segera keluar dari sana.
"Plis, Papii. Izinin aku keluar sebentaaar aja, janji langsung pulang lagi nggak sampe malem." Sena meronta saat sang papi mencengkram pergelangan tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.
Justin tahu betul dengan mobil sport keluaran terbaru yang dikenakan putra sahabatnya, karena itu juga dia sudah menebak pasti Sena berada di dalamnya.
"Kamu sudah keterlaluan, Sena. Papi kecewa." Justin mendudukkan putrinya di sofa tunggal dan membuatnya menunduk dengan tatapan tajamnya. "Kamu sudah melanggar janji kamu sama papi."
Sena memberanikan diri mengangkat kepala, meski takut dia harus melakukannya. "Sena mohon, kali ini aja, Pi. Sena janji besok-besok nggak lagi."
Justin tidak menanggapi, pria itu mengusap wajahnya gusar. Salahkah sikapnya yang mulai keras pada gadis itu, karena selama ini dia merasa terlalu memberi kebebasan, yang membuat putrinya tidak tahu aturan.
"Papi nggak percaya sama janji kamu."
"Pii!"
"Sena!"
Lasena Maura kembali menunduk saat suara sang papi terdengar lebih keras dari sebelumnya. Jika sudah seperti ini, dia tahu, kalimat apapun tidak akan bisa membantunya.
Ansel yang berdiri tidak jauh dari mereka, hanya terdiam menyaksikan perdebatan ayah dan anak di hadapannya. Dia nyaris tidak pernah mendapat omelan serupa dari sang papa, bukan karena beliau begitu memanjakannya. Tapi memang tidak ada yang peduli dengan dirinya.
Dan Lasena Maura, menurutnya adalah anak yang paling beruntung karena begitu banyak yang mengkhawatirkannya.
Justin menoleh pada Julian yang baru saja bergabung dengan mereka. Pria itu bertanya apakah dia tahu Sena akan pergi ke mana. Namun sebelum Julian menjawabnya, Sena sudah lebih dulu mengangkat suara.
"Julian nggak tau. Aku cuma minta tolong sama dia buat anterin aku ke suatu tempat." Sena kembali menunduk saat sang papa menoleh ke arahnya.
"Siapa yang bawa kamu keluar dari kamar?" Justin bertanya pada putrinya, nada suaranya memang terdengar pelan. Tapi entah kenapa terasa penuh ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...