17

3K 551 71
                                    

Sena mendongakkan wajahnya, menantang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena mendongakkan wajahnya, menantang. Kedua lengannya ia lipat di depan dada. "Kenapa lo bohongin gue," tudingnya.

Ansel yang masih berdiri di tempatnya itu lalu mengangkat alis, terlalu banyak kebohongan tentang dirinya di hadapan gadis itu. Dia bahkan bingung yang mana yang saat ini Sena tahu. "Maksudnya?"

"Gue tadi ketemu sama cewek yang namanya Saci. Dia adalah putri bungsu keluarga Bagaskara." Sena membeberkan pertemuannya dengan seorang gadis, yang pria itu akui sebagai adiknya.

Ansel terhenyak di tempatnya. Dia merasa detak jantungnya seketika berhenti, akankah riwayatnya tamat sampai di sini.

"Jadi lo sebenernya pernah jadi pengawal putri bungsu keluarga Bagaskara?"

"Hah?" Ansel masih mencerna ucapan gadis di hadapannya. Pengawal keluarga Bagaskara. "Maksudnya?"

"Ngapain lo harus ngaku kalo dia itu adek lo? Kenapa lo nggak bilang aja kalo lo pernah jadi pengawal dia."

"Saya-,"

"Udalah." Sena mengibaskan sebelah tangannya. Membuat pria itu menghentikan ucapannya. "Gue males sama orang yang suka bohong," tukas gadis itu. Setelah menunjuk hidung Ansel dan memberikan tatapan jengkelnya, dia lalu berbalik dan melangkah pergi dari sana.

Ansel yang kebingungan lalu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal, lalu memutuskan untuk mengejar gadis itu yang sudah masuk ke dalam rumah. "Nona!" panggilnya saat Sena mulai menaiki anak tangga.

Sena yang menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Entah tengah kesal atau mungkin kecewa, raut wajah perempuan itu tidak dapat Ansel baca.

"Saya minta maaf."

Sena kembali menuruni anak tangga, mendekat pada pemuda itu. "Menurut lo kenapa gue marah?" tanyanya.

Sejenak Ansel berpikir. "Karena saya sudah berbohong?"

Sena mengangguk, pandangannya ia alihkan ke arah lain, lalu kembali pada pemuda itu. "Nggak gue maafin," tukasnya.

"Apa saya harus memohon?"

"Emangnya maaf gue penting buat kelangsungan hidup lo?"

Ansel terdiam. Jikalau memang dia harus meminta maaf, tentu untuk kesalahan lain yang dia telah perbuat. Pria itu pun menunduk. "Saya minta maaf," ulangnya.

"Gue maafin lo tapi dengan satu syarat, gimana?" Sena memberikan penawaran.

"Apa?" tanya pemuda itu dengan mendongakkan kepalanya.

"Nanti aja, nanti gue kasih tau syaratnya apa." Setelah mengutarakan kalimat itu, Sena lalu berbalik dan kembali menaiki anak tangga. Meninggalkan Ansel yang masih berdiri di tempatnya.

Ansel nyaris melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Dan kembali menoleh pada sang nona saat perempuan itu memanggil namanya.

"Kalo nanti ada yang nanya tentang foto gue yang ada di hape lo. Jangan bilang kalo itu foto adek lo."

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang