Sena masih berada di rumah saat jarum jam dinding sudah berhenti di angka delapan. Gadis itu tidak jadi kuliah pagi, Sang Dosen yang berhalangan hadir membuatnya masih bisa bersantai hari ini.
"Mi, papi udah ke kantor ya?" Sena bertanya sembari mendudukkan dirinya di kursi dan menekuk sebelah kaki ke atasnya.
"Sudah, memangnya kenapa? Kalian ada masalah ya. Papi belum cerita apa-apa sama mami, tapi agak beda deh kayaknya."
Radar sang mami memang terlalu kuat jika menyangkut tentang perubahan sikap suaminya. Sena hanya menggeleng, bercerita pun dia bingung harus memulai dari mana.
"Gimana, Mi. Rasanya punya suami yang kaku kaya papi?"
Pertanyaan itu membuat sang mami yang sibuk mengupas bawang di seberang meja, kemudian mendongak. "Apah?" Dia malah balik bertanya.
Sena menghela napas, lalu mengulang pertanyaan yang sama. Dan wanita itu malah tertawa.
"Ya enak nggak enak sih, pokoknya kamu nggak bisa berharap dapat kejutan ulangtahun pernikahan, kecuali kamu yang memintanya."
"Ya kali, minta mah bukan kejutan lah namanya." Sembari mengunyah bakwan goreng yang ia ambil di atas meja, Sena lalu menanggapi kalimat ibunya.
"Nah itu. Papi kamu nggak bakal bisa kasih mami kejutan. Nggak romantis banget deh pokoknya."
"Tapi kok mami tahan sampe sekarang?"
"Namanya juga cinta."
Sang mami menjawab sembari beranjak berdiri dan menghampiri Yara yang merupakan istri dari Nino, menantunya yang adalah koki ternama.
Yara yang selesai memindahkan masakannya ke dalam mangkuk, lalu membawanya untuk dia taruh di atas meja.
"Coba kamu tanya juga sama Yara, gimana rasanya punya suami yang kaku kaya Nino." Nena, maminya itu memberi saran.
Yara mengalihkan pandangan dari mangkuk di hadapannya, lalu menatap wajah Sena, setelah itu kembali menoleh pada sang mami mertua. "Kenapa, Mi?" tanyanya.
"Itu Sena nanya gimana rasanya punya pacar yang kaku, kayaknya calon mantu mami titisan kulkas dua pintu juga deh."
"Apaan sih, Mami." Sena yang merasa tersudut pun memilih untuk mengelak.
"Enak tau punya seseorang yang di luar keliatan cuek gitu." Yara berkomentar.
Hal itu membuat Sena menatap sang kakak ipar yang berdiri di seberang meja. "Enaknya?"
"Ya enak lah nggak ada perempuan yang berani deketin." Yara menjelaskan, "lagian sama kita aja dia nggak bisa romantis gimana mau deketin perempuan lain."
"Nah iya, bener juga sih." Sena membenarkan. Jika bukan karena Kak Yara yang dulu sempat menyamar jadi seorang pria dan membuat abangnya itu jatuh cinta, hingga mengira dirinya tidak normal. Mungkin sampai sekarang kakak sulungnya itu belum menikah juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bodyguard (Lengkap)
RomanceAnsel Bagaskara terpaksa harus menyelinap ke sebuah rumah besar pengusaha ternama, untuk mencari dokumen penting rahasia perusahaannya. Rencana yang sudah ia susun begitu rapi nyatanya tidak berjalan mulus seperti yang ia kira. Satu kesalahan membua...