19

3K 609 67
                                    

Ansel menyentuh kepalanya yang mendapat sedikit jahitan di bagian belakang karena lemparan gelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ansel menyentuh kepalanya yang mendapat sedikit jahitan di bagian belakang karena lemparan gelas. Pria itu kini berada di kursi penumpang sebuah mobil dengan Sena yang mengemudikannya.

"Masih sakit?" Sena bertanya saat menoleh sekilas pada pemuda di sebelahnya.

"Tidak," jawab Ansel. Meski masih terasa nyeri, dia tentu tidak ingin membuat sang nona khawatir kepadanya. Terlebih merasa bersalah.

Ansel kembali teringat ketika gadis itu nyaris menangis saat memastikan bahwa dirinya baik-baik saja. Selain Paman Lim, baru kali ini ada seseorang yang begitu mengkhawatirkan keadaannya.

"Tadi kenapa lo tiba-tiba muncul?" Sena kembali bertanya, saat keheningan membuatnya semakin larut dengan kemudi. Entah berapa lama dia tidak pernah membawa mobil sendiri.

"Ada keributan, saya melihat Nona berada di antara mereka. Lalu-,"

"Kenapa lo tolongin gue?" Ralat Sena dengan menyela ucapan Ansel yang terdiam seketika.

"Saya pengawal anda, Nona." Ansel mengingatkan, bagaimanapun juga tugas dia adalah menjaga gadis itu tetap baik-baik saja.

"Lo bukan pengawal gue."

Ansel tertegun beberapa saat, berpikir maksud ucapan gadis itu tentang dirinya. Mungkinkah Sena tahu bahwa dia hanya berpura-pura.

"Sejak lo mengundurkan diri jadi pengawal gue, mulai saat itu lo bukan lagi pengawal gue." Sena berucap lagi. Membelokkan kemudi dan berhenti di halaman rumah orangtuanya.

Ansel masih diam saat Sena sudah membuka sabuk pengaman di tubuhnya sendiri, gadis itu bersiap keluar dari kendaraan.

"Ansel."

Panggilan itu membuat si empunya nama menoleh. Ada perasaan bersalah dari kedua bola mata Sena yang tidak bisa disembunyikan oleh gadis itu, atau mungkin dia memang sengaja ingin menunjukannya. Tapi entah kenapa, Ansel tidak suka.

"Sekali lagi makasih lo udah nolongin gue," ucap Sena tulus. Padahal pria itu hanya berpura-pura menjadi pengawalnya. Tapi bersungguh sungguh saat menjaga dirinya. "Lain kali lo nggak perlu sampe ngorbanin diri lo buat gue."

"Saya tidak merasa sedang berkorban. Hanya menjalankan tugas saya saja." Ansel membalasnya. Sejak keputusannya mengundurkan diri pagi tadi, sikap gadis itu terasa sedikit berbeda pada dirinya. Dan hal itu sedikit membuatnya tidak nyaman.

Sena mengangguk kecil. "Lo bisa jalan? Apa perlu gue tuntun?" tanyanya saat membuka pintu mobil.

Dengan cepat Ansel menggeleng, lupa dengan luka di belakang kepalanya yang masih basah. Saat dia mengernyit sakit, Sena reflek kembali mendekatinya.

"Lo nggak apa-apa, kan?" dengan raut khawatir di wajahnya yang begitu kentara, Sena bertanya. Tangannya terangkat nyaris menyentuh perban yang membebat kepala pria di hadapannya.

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang