41

3.1K 612 84
                                    

Mendengar jawaban yang berbeda dari Bastian, Sena tentu saja bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar jawaban yang berbeda dari Bastian, Sena tentu saja bingung. "Kata Ansel kalian berteman sejak sma."

Bastian sedikit tertawa. "Iya sih, bisa dikatakan begitu. Saat sma aku adalah murid baru pindahan dari luar negri. Tapi kami tidak dekat waktu itu."

"Ceritain dong  gimana kalian bisa dekat." Sena sedikit menggerakan kakinya untuk memainkan ayunan yang ia duduki. Tidak berharap banyak pria itu mau bercerita sebenarnya, hanya berbasa-basi saja.

"Kami pernah satu sekolah saat sma, tapi kami dekat saat aku justru kembali ke luar negri dan berkuliah di tempat yang sama. Tapi hanya beberapa tahun saja. Saat aku kembali ke negara ini, Ansel masih di sana."

"Ooh." Sena mengangguk mengerti, namun tidak banyak menanggapi, sampai pria itu bercerita lagi.

"Ansel bukan tipe orang yang mudah didekati, dia punya dunianya sendiri yang diciptakan oleh orangtuanya." Bastian tampak menerawang saat menceritakan tentang hal itu.

Sena sepertinya mengerti, Ansel juga pernah bercerita tentang kehidupannya yang sedikit berbeda. "Terus, kenapa kalian bisa dekat?"

"Dia pernah menolongku. Sejak itulah aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi temannya, yang ternyata hanya aku saja." Bastian tertawa miris, dia lalu menceritakan pada Sena tentang kehidupan Ansel yang seperti di penjara. "Kami bahkan hanya bertemu di kelas saja. Papanya melarang dia untuk bergaul dan memiliki teman. Sepertinya Ansel memang sengaja diasingkan dengan berdalih melanjutkan kuliah. Di sana dia dijaga ketat untuk tidak pergi kemana-mana, bahkan jika ingin menemuinya saja begitu susah."

Sena merasa miris mendengar cerita dari Bastian. Pantas saja selama ini Ansel begitu kaku dan sulit mengungkapkan perasaannya. Pria itu memang selalu sendiŕìan. 

"Makanya saat dia bercerita tengah dekat denganmu, aku nyaris tidak percaya."

Sena hanya tersenyum menanggapinya, kemudian menoleh ke arah gerbang saat Ansel terlihat mendekat. Sena mengangkat tangannya yang tidak memegang es krim untuk melambai.

"Lasena Maura," ucap Bastian lirih saat Sena masih fokus pada kekasihnya.

"Iyah." Sena pun menoleh.

"Meski Ansel tidak pandai mengungkapkan perasaannya, tapi percayalah. Dia sangat mencintaimu." Bastian terlihat begitu tulus saat mengutarakan tentang hal itu, dari kedua sorot matanya Sena juga dapat melihat ketulusan seorang teman di sana.

"Terimakasih. Apa dia cerita banyak padamu?" Sena balik bertanya dengan kembali menoleh pada Ansel yang menerima panggilan telepon entah dari siapa.

Bukan langsung menjawab Bastian justru malah tertawa. "Ansel tidak pernah banyak bercerita jika kita tidak bertanya. Jadi jika kau ingin tahu sesuatu tentangnya, lebih baik langsung tanyakan saja."

"Apa emang dia gitu orangnya?"

Bastian mengangguk. Tidak lagi menanggapi kalimat itu saat Ansel sudah begitu dekat dengan mereka, dia pun beranjak berdiri dan berpamitan untuk pergi dari sana.

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang