25

3.3K 620 62
                                    

Pada kursi tinggi yang tersedia di bar itu, Sena mendudukkan dirinya di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada kursi tinggi yang tersedia di bar itu, Sena mendudukkan dirinya di sana. Menopang dagu dengan memutar-mutar bibir gelas menggunakan telunjuk dan memandangi cairan pekat di dalamnya.

Malam ini gadis itu tidak mengajak teman-temannya untuk bergabung, dia sedang ingin sendiri meskipun tengah berada di tempat yang ramai.

Beberapa hari tidak mendapat pengawasan dari sang papi, Sena bisa dengan mudah pergi ke tempat ini. Gadis itu tentu belum mendapat pengawal baru, mungkin saja dia yang memang tidak mau.

Memikirkan pengawal baru membuat Sena teringat lagi pada pemuda yang mengaku bernama Askara, saat mereka pertama kali berjumpa. Sena tersenyum sendiri ketika mengingat sikap manis pria itu yang tidak terduga, menyadari perasaan nyaman yang tumbuh di hatinya tentu membuat Sena menjaga jarak dan menutupnya.

Sang papi tentu tidak akan suka jika pria yang dia kagumi ternyata karyawannya sendiri. Namun, mendapati kenyataan bahwa pria itu bukanlah orang biasa, ternyata lebih sulit untuk mereka terima.

Pemuda yang akhirnya mengaku bernama Ansel itu terlalu misterius dan tidak jelas asal-usulnya. Sang papi melarang Sena untuk ikut campur dengan kekacauan keluarga mereka.

Kesendirian gadis itu terusik dengan kedatangan seorang pria yang duduk di sebelahnya dan memesan satu gelas minuman. Yang membuat dia tidak nyaman, pria itu terlalu tidak sopan dengan terus memandangi wajahnya.

"Apa aku mengenalmu?"

Pertanyaan itu membuat Sena menoleh sempurna. Ditatapnya wajah tampan yang memang terlihat familiar itu dengan seksama, sedikit mirip dengan mantan pengawalnya. Gila, belum habis satu gelas saja sepertinya malam ini dia sudah terlalu mabuk untuk mengenali wajah lawan bicaranya.

"Aku Sandi, pernah dengar?" Pria yang mengaku bernama Sandi itu mengulurkan tangan.

Sena tidak ingat dia siapa, yang terlintas di otaknya hanya Sandi Borobudur dan Sandi prambanan. Namun ia terima saja uluran tangan pria itu tanpa harus menyebutkan nama, Dia sedang tidak berminat untuk berkenalan dengan siapapun juga.

"Kau Lasena Maura, kan?" tebak Sandi.

Sena yang sedikit terkejut lalu mengangkat alis. "Lo kenal sama gue?"

"Kita memang pernah berkenalan." Sandi sedikit tertawa, dia lalu menyebutkan nama tempat di mana mereka pernah berjumpa.

"Kamu, Sandi Bagaskara?" ucap Sena dengan mengikuti gaya berbicara pria itu tentu saja. "Sedang apa di sini?" imbuhnya.

"Kau sendiri sedang apa? Anak gadis tidak baik malam-malam berada sendirian di tempat seperti ini." Sandi terdengar bercanda. "Atau, kamu tidak sendiri?"

Sena sedikit mengulas senyum. Pria itu sepertinya piawai sekali mencairkan suasana. Berbeda dengan Ansel yang pendiam dan sulit diterka. Kenapa dia jadi membandingkannya?

Fake Bodyguard (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang