™بسم اللّه الرّحمن الرّحيم™
✨اَلْمَرْءُمَعَ مَنْ اُحِبَّ✨
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.”
"Assalamu'alaikum Umi," salamnya saat dirasa sudah berada didekat Umi Fatimah.
Umi Fatimah yang sedang bercengkrama dengan para tamunya segera menoleh ke arah Kaila.
"Wa'alaikumussalam, Nduk. Akhirnya kamu datang juga," balas Umi Fatimah dengan nada yang sangat antusias.
Kaila tersenyum tipis didalam tundukkannya, " Wonten nopo nggeh, Mi?" tanya Kaila.
"Oalah itu loh kamu dicariin seseorang," balas Umi Fatimah sedikit ambigu. Kaila yang penasaran dan tanpa ingin mengurangi rasa hormatnya sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang dimaksud Umi Fatimah.
"Loh? Kok?" heran Kaila yang refleks membuka mulutnya.
Sedangkan orang-orang yang berada di sana terkekeh melihat reaksi Kaila yang terkesan agak lebay itu.
"Mingkem Kai. Nanti kemasukan nyamuk kan ndak lucu hahaha... " celetuk seseorang yang duduk di pojok ruang tamu. Sontak membuat Kaila segera menutup mulutnya rapat.
Semua orang yang ada di sana dibuat tertawa karenanya. Kaila mendengus kesal. Sumpah rasanya ingin sekali dia bejek-bejek orang itu. Awas saja nanti, Kaila pastikan Wildan tidak akan lolos darinya. Iya orang yang menegurnya adalah Wildan.
Setelah suara tawa terhenti. Umi Fatimah mengelus lembut tangan Kaila. Hingga membuat sang empunya mendongakkan kepalanya dan menatap Umi Fatimah yang dibalas senyuman lembut beliau.
"Itu Mbah kamu udah nunggu dari tadi loh. Apa kamu ndak mau nyamperin, Nduk?" tanya beliau lembut.
Mendapatkan pertanyaan dengan nada lembut seperti itu tentu saja membuat Kaila merasa sungkan. Kaila menundukkan pandangannya sejenak lalu membalas dengan nada pelan, "Emm emang boleh Umi?" tanyanya ragu.
Umi Fatimah mengelus pipi chubby Kaila lembut dan terkekeh geli.
"Tentu aja boleh, Nduk. Mbah kakung kamu itu dulu juga gurunya Umi di pondok. Masa iya saat beliau ingin temu kangen dengan cucunya gak Umi bolehin hmm?"
Mengangkat pandangan dan menatap Umi Fatimah sejenak. Ketika melihat senyuman teduh serta anggukan beliau. Kaila segera menghampiri Mbah kakungnya yang tak lain adalah Mbah Kyai Ahmad, seorang pengasuh pondok pesantren besar yaitu Al Mubarok di Semarang, Jawa Tengah.
Saat Kaila sudah berada di hadapan Mbah Kyai Ahmad. Diraihnya tangan keriput beliau dan ia cium punggung dan telapak tangan kakeknya, sebagai bentuk takdim. Mbah Kyai Ahmad tersenyum dan mengelus kepala cucunya yang tertutup hijab itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Kaila
Spiritual‼️CERITA LENGKAP‼️ [AL FATIH SERIES 1] Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya. Lalu tak berselang lama ia men...