•|| JUK-66

13.6K 1.5K 143
                                    

"Hidup itu tidak ada yang selalu berjalan mulus tanpa ujian. Karena dari ujian pasti ada hikmah yang bisa diambil."

- AZKAILA MAHIDA -

.
.
.

Suasana siang hari di pondok pesantren Al Ikhlas memanglah panas tapi masih ada semilir angin sejuk dari pepohonan yang ditanam di lingkungan pesantren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana siang hari di pondok pesantren Al Ikhlas memanglah panas tapi masih ada semilir angin sejuk dari pepohonan yang ditanam di lingkungan pesantren. Para santri dan santriwati ba'dha sholat dhuhur juga diberikan waktu luang untuk sekadar beristirahat sebelum kegiatan diniyah di sore hari.

Tetapi biasanya ada kelas juga yang diajukan jam diniyahnya, karena pengajar yang mungkin ada kepentingan. Seperti siang ini misalnya, kelas alfiyah tsani putra ada pemajuan kelas fikih pernikahan yang diajarkan oleh Gus Fathan.

Di lain itu, Kaila yang saat ini sudah memasuki kehamilan bulan kedelapan hanya bisa berkegiatan di sekitaran rumahnya saja. Bahkan Gus Fathan sampai membelikan Kaila kursi roda otomatis, karena saking dirinya yang mudah kelelahan sekarang. Mungkin untuk ibu hamil satu anak itu akan terlihat lebay tapi berbeda dengan Kaila yang saat ini tengah hamil 2 bayi sekaligus.

"Umi Umi... Dedeknya Idane kapan kelual, Um?" tanya Zidane begitu polos dan ditambah tangan mungilnya yang menusuk-nusuk perut buncit sang umi.

Kaila yang sejak tadi fokus membaca ulang kitab fikih dengan Zidane yang juga memeluk tubuhnya dari samping. Pada akhirnya memilih mengakhiri kegiatannya dan beralih menatap lembut sang putra.

"Mas Idane udah gak sabar ya mau ketemu adek kembar?" Diberikan pertanyaan seperti itu, tentu saja bocah 3 tahun yang mulai lancar berbicara itu mengangguk dengan penuh semangat.

"Euumm... Ndak sabal bangeeeeeeet! Pokok e nanti kalo dedek dah kelual, kita main baleng-baleng ya, Um!" Kaila mengangguk dan mencubit gemas kedua pipi gembul Zidane.

"Siap dong, sayangnya Umi. Mau apa lagi hmm?" Zidane yang diberikan penawaran lagi terdiam sejenak dengan tangan mungil yang ia ketuk-ketukan di dagu seolah tengah berpikir keras.

Lama terdiam, akhirnya Zidane kembali mendongak menatap sang Umi. "Emm... Mas Idane pengen jenguk ayah boleh, Um?" Kaila yang semula tersenyum manis tiba-tiba melunturkan senyumannya.

Matanya tiba-tiba terasa perih ketika putra kecilnya mengutarakan permintaan. Kaila paham betul jika ayah yang dimaksud Zidane adalah Ustadz Ibrahim, ayah kandung Zidane yang sudah berpulang 3 tahun lalu. Memang sejak Zidane masih sangat kecil, baik Gus Fathan dan Ning Kaila selalu memperkenalkan Ustadz Ibrahim serta istri, sebagai ayah dan ibu Zidane.

"Mas Idane udah kangen banget ya sama ayah? Tapi nunggu Abi pulang ngajar dulu ya, Nak. Gak papa kan?" balas Kaila seraya mengelus lembut rambut hitam putra kecilnya dan untung saja Zidane adalah anak yang sangat baik jadi bocah itu jarang rewel.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang