•|| JUK-48

23.2K 2.2K 61
                                    

"People come and people go. Sudah kodratnya manusia seperti itu, jadi jangan berhenti berjuang jika ada seseorang yang meninggalkanmu karena yang terbaik sedang melakukan persiapan untuk menemuimu."

Umi Fatimah

.
.
.

"Assalamu'alaikum, Gus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum, Gus."

Abbad sedikit memicingkan matanya, "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Emm... Kamu Siva temennya Mbak Kaila sama Mbak Zahra kan?"

Siva yang sudah berpindah tempat di sisi kanan radius 2 meter dari Gusnya itu, mengangguk pelan. Sepertinya Siva juga baru saja menyelesaikan tugasnya di dekat-dekat taman belakang pondok, terlihat dari laptop dan tas yang ikut gadis itu bawa.

"Enggeh leres, Gus." (Iya benar, Gus.)

"Ada apa ya Mbak?" tanya Abbad meminta penjelasan atas kedatangan salah satu santriwatinya tersebut. Siapa tahu ada hal mendesak yang ingin gadis itu sampaikan kepada dirinya.

Sebelum menjawab, terlebih dahulu Siva mengedarkan pandangannya ke beberapa arah karena mungkin untuk memastikan sesuatu.

"Emm... Maaf sebelumnya Gus karena saya lancang, tetapi perasaan saya sangat tidak enak akan hubungan Gus Fathan dan Ning Kaila dalam waktu dekat. Mungkin keluarga ndalem juga akan terkena imbasnya nanti, karena ada seseorang yang sedang menyiapkan hal besar saat ini," tutur Siva teramat pelan.

"M-maksud kamu apa Mbak? Jangan berbicara jika sampean tidak memiliki bukti!" sahut Gus Abbad yang terselip nada kesal di sana.

Siva berangsur mendekat ke arah Gus Abbad dan meletakkan beberapa lembar foto di sisi lain kursi panjang yang diduduki Gusnya. Gus Abbad menatap Siva dan lembaran kertas bergantian dengan penuh kebingungan.

"Ini apa Mbak?" tanya Gus Abbad memastikan sembari mengambil lembar-lembar kertas yang baru saja diberikan oleh Siva.

"Itu beberapa bukti yang saya miliki Gus, semoga sedikit membantu. Sebentar lagi sudah masuk waktu maghrib Gus. Kalau begitu saya permisi dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh," balas Gus Abbad dengan memandangi sebentar kepergian Siva. dari sana.

Setelah kepergian Siva, Gus Abbad kembali memfokuskan perhatian pada lembaran-lembaran foto yang berada ada di tangannya. Matanya melotot tak menyangka ketika melihat semua potret itu.

"WOW... Sungguh diluar dugaan! Musuh dalam selimut, eh?!" kekeh Gus Abbad dengan nada sinis.

"Saya tidak sengaja melihat hal tersebut dan segera memotretnya. Mungkin bisa diselidiki lebih lanjut untuk memastikan nya Gus," pesan Siva dibalik salah satu foto.

Gus Abbad segera meraih gawai yang ada di sisi kanannya dan mengetikkan sesuatu.

"Let's play the game," gumamnya dengan seringaian sinis yang justru semakin menambah kadar ketampanan seorang Gus Abbad.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang