"Kematian itu tidak harus menjadi tua karena yang baru lahir pun bisa saja mati, jika memang Allah menghendaki."
PermenKapas_04
.
.
.
Seusai menunaikan ibadah sholat subuh. Gus Fathan dengan ditemani oleh Gus Abbad berjalan menuju sebuah ruangan yang biasanya digunakan untuk mensucikan sekaligus kamar jenazah khusus bayi.Memang di rumah sakit Fatihah ada ruangan khusus untuk jenazah bayi, perempuan maupun laki-laki, jadi semuanya dipisah. Semua itu sudah ada sejak rumah sakit masih dipimpin oleh Kyai Ali, kakek Gus Fathan.
"Kamu udah liat anaknya Mas ta, Bad?" tanya Gus Fathan basa-basi.
Gus Abbad yang saat ini tengah memperhatikan ponselnya spontan menatap sang kakak. "Udah Mas! Masyaa Allah, Baby Keela duplikatnya Mas Fathan sama Mbak Kaila banget," jelas Gus Abbad begitu bersemangat.
"Seandainya putri Mas masih bisa bertahan, mungkin nanti Mas akan selalu meratukan dia, Dek!" lirih Gus Fathan sendu.
Abbad menghentikan langkah kakinya dan berpindah tempat di hadapan Mamasnya berada. Tatapannya syarat ketidaksukaan akan perkataan Gus Fathan tadi.
Lelaki 21 tahun itu menatap Gus Fathan tak suka, "Gak ada seandainya ataupun misalnya, Mas! Semua sudah digariskan oleh Allah dan artinya hanya cukup segitu umur Baby Keela."
"Mas Fathan harus kuat demi Mbak Kaila, bisa kan Mas?! Ingat Mas, anak itu cuman titipan dari Allah dan yang akan menemani Mas Fathan di hari tua ya Mbak Kaila. Baby Keela sekarang sudah menjadi celengan akhirat Mas Fathan sama Mbak Kaila, jadi ikhlasin ya Mas?"
Gus Fathan menatap Gus Abbad sendu, "Kamu benar Bad, Mas memang harus tetap kuat demi Mbakmu dan Mas akan belajar mengikhlaskan Keela. Ingatkan Mas kalau sewaktu-waktu salah langkah ya?!"
Senyuman hangat terbit di wajah tampan Gus Abbad, tangannya menepuk pelan bahu lebar sang kakak. Membuat Gus Fathan kembali menatap Gus Abbad.
"Insyaa Allah, selagi bisa pasti adek gantengmu ini akan selalu jadi alarm pribadi ndoro pangeran Ahmad Fathan Zhafran Al Fatih," kata Gus Abbad dengan begitu bangganya, tangannya juga menepuk-nepuk dada sok jagoan.
"Halah preeetttt... Hahaha...," ejek Gus Fathan.
Sorot mata Abbad terlihat sangat bahagia saat melihat tawa sang kakak. Alhamdulillah, usahanya berhasil untuk membangkitkan tawa Masnya yang sedari kemarin terlihat sangat murung.
"Bad?"
"...."
Bugh!
"Aduuuh!" seru Gus Abbad yang baru saja mendapat tendangan maut dari kakak keduanya. Meskipun masih sakit tetapi tendangan Fathan masih sama, iya sama-sama terasa sakit menurut Abbad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Kaila
Spiritual‼️CERITA LENGKAP‼️ [AL FATIH SERIES 1] Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya. Lalu tak berselang lama ia men...