•|| JUK-51

23.6K 2.1K 45
                                    

Hidup itu seperti novel, ada kebahagian dan kesedihan. Jika kita tidak membalikkan halamannya, maka kelanjutannya pun kita tak akan pernah tahu.

Muhammad Farhan Zaidan
.
.
.

Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan dan bulan pun berganti tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan dan bulan pun berganti tahun. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan saat ini tepat 2 tahun sejak kematian ayah kandung dari Zidane, Ustadz Ibrahim.

Zidane kecil tumbuh dengan sangat baik dan tanpa kekurangan kasih sayang. Usia Zidane sekarang juga sudah menginjak 2 tahun, si bocil yang saat ini tengah aktif-aktifnya.

Anak dari pasangan Reval dan Zahra juga sudah terlahir dengan sehat dan berjenis kelamin laki-laki. Dia adalah Muhammad Gaffi Zayyan Al Fatih atau biasa dipanggil Gaffi oleh orang-orang.

Saat ini kedua keluarga kecil itu tengah asyik berpiknik-piknik ria di sebuah taman yang terlihat masih sangat asri di kota Batu, kota kelahiran Zahra. Mereka memang selama beberapa hari ini sudah berada di sana untuk sekadar liburan kecil guna melepas penat.

"Umi umi... Iat Idan, Mi!" teriak si kecil Zidane yang baru saja menangkap seekor kucing cantik yang entah punya siapa. (Umi umi... Liat Zidane, Mi!"

Dibelakang Zidane juga ada Gus Fathan yang terlihat terkekeh beberapa kali karena melihat tingkah sang anak. Kaila yang saat itu masih setia duduk di samping Zahra hanya mampu tersenyum manis dibalik cadar yang dikenakannya. Entahlah semenjak turun dari mobil tadi, badannya terasa lemas tapi ia masih mampu untuk menyembunyikannya.

"Mi iat! Antikkan Um?" tanya Zidane kecil ketika sudah berdiri di hadapan sang ibu seraya mengangkat seekor kucing cantik berwarna coklat ke orenan dan ada sedikit kombinasi warna putih di sana. (Mi liat! Cantikkan Um?")

Namun, sangat di luar dugaan. Kaila justru segera menutup mulut dan hidungnya, seperti seseorang yang sedang menahan muntah. Gus Fathan yang melihat itu, tentu saja segera menghampiri sang istri.

"Dek kenapa? Kamu sakit?" tanyanya terdengar begitu cemas. Gelengan kecil diberikan Kaila. Sungguh Kaila tidak enak jika harus merusak acara piknik ala ala mereka hari ini.

Zahra yang semula sibuk membaca sebuah novel, akhirnya juga ikut menoleh ke arah Kaila yang tak jauh darinya. "Loh kenapa Kai? Sakit ta?" tanyanya khawatir. Kaila yang ditanya hanya mampu menggelengkan kepala pelan dengan tangan yang masih menutupi mulut dengan tangan putih miliknya.

Perlahan Gus Fathan mulai memeriksa pipi sang istri dibalik cadarnya. "Badan kamu agak anget loh, Dek. Pulang aja ya?" tawarnya yang masih ditolak oleh Kaila.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang