•|| JUK-35

31K 2.6K 63
                                    

"Masalah itu datang bukan hanya untuk mengujimu, tetapi juga sebagai sarana menaikkan derajatmu."

Ahmad Fathan Zhafran
.
.
.

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun dirinya sudah sah menjadi seorang istri tetapi kewajibannya sebagai seorang mahasiswi juga harus tetap Kaila kerjakan.

Seperti saat ini misalnya, Kaila dan Rara tengah memakan makan siang mereka di kantin. Sesekali mereka juga saling bertukar cerita.

"Jujur ya Kai, aku masih gak nyangka kalo kamu itu udah nikah. Mana sekarang lagi hamil lagi, jahat banget sih kok ndak ngundang aku."

Kaila yang masih fokus menikmati makanannya mendongak pada Rara.

"Maaf ya, jujur waktu itu mendadak banget loh. Aku aja sampai gak nyangka bisa nikah secepet ini," balas Kaila merasa bersalah.

"Emm... ya udah deh," putus Rara mencoba untuk mengerti.

"Oh iya Kai, kamu udah tau belum kalo Pak Dewa sekarang muallaf loh."

"Uhuk... uhuk...." Kaila yang tadinya masih asyik dengan makanan yang dimakannya sampai tersedak ketika mendengar penuturan dari Rara, sahabatnya.

Dengan sigap Rara menyodorkan air mineral dan diterima baik oleh Kaila. Setelah selesai dengan urusannya, Kaila kembali memfokuskan diri pada Rara yang sekarang tepat duduk di hadapannya.

"Serius kamu, Ra? Ya kali Ra!" Sungguh demi apapun Kaila tak percaya jika dosennya yang satu itu sekarang memeluk agama islam.

Setau Kaila, keluarga Pak Dewa ini termasuk agamis di agamanya. Dan sekarang? Apa kata Rara tadi? Pak Dewa pindah agama? Masyaa Allah, sungguh berita yang sangat mengejutkan baginya.

Namun, kembali lagi karena pada dasarnya Allah itu Maha Membolak-balikkan hati makhluk-Nya jadi wallahu a'lam. Jika memang benar adanya, Kaila ikut senang karena saudaranya nambah lagi. Di dalam islam itu kita semua adalah saudara, jadi tentu saja ia juga merasa senang.

"Ngomong-ngomong sejak kapan kamu pakai cadar, Kai? Jujur aku tadi sempet gak percaya kalo itu kamu tapi untungnya kamu manggil aku."

Kaila tersenyum dibalik cadarnya, "Aku belum lama sih pakainya, mungkin masih satu mingguan."

Rara menatap Kaila dengan tangan yang menyangga dagunya. "Aku penasaran deh sama suami kamu, Kai. Kalo Gus keknya ndak mungkin deh," kata Rara yang mendapat kekehan kecil dari Kaila.

"Ndak mungkin belum tentu gak bisa kan?" goda Kaila dengan nada jenaka khasnya.

"Emm... Karna setau tuh kalo Gus biasanya dijodohin sama Ning, iya gak sih?"

Kaila mengangguk-angguk seolah membenarkan, "Iya kamu bener, emang rata-rata dijodohin. Tapi ada juga kok yang dapet santrinya, buat yang ini jarang banget sih."

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang