•|| JUK-68 (END)

21.8K 1.5K 42
                                    

"Di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Entah itu dipisahkan oleh Allah maupun manusia."

– Muhammad Abbad Fazal –

"A-adek? I-istrinya M-mas?" cicit Gus Fathan teramat tak menyangka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-adek? I-istrinya M-mas?" cicit Gus Fathan teramat tak menyangka.

Kedua nenek yang sejak tadi sudah mengantri untuk menggendong cucu-cucu baru mereka bergegas mengambil alih bayi dalam gendongan Gus Fathan. Sedangkan Gus Fathan hanya bisa diam tak berkutik dengan air mata yang sudah terjun bebas membasahi kedua pipinya.

"Mas gak kangen sama aku ya?" pancing Kaila begitu lemah dan lewat suara itu lah Gus Fathan langsung tersadar dari keterkejutannya.

Setelah tersadar, ayah muda itu segera mendekati ranjang pembaringan sang istri yang saat ini masih terkulai lemah. Ditatapnya lamat-lamat wajah ayu Kaila yang nampak begitu pucat pasi.

"Cantik," katanya seraya mengelus lembut pipi putih gembul Kaila.

"Selalu cantik dan akan tetap seperti itu di mata dan hatinya Mas. Semoga Allah juga selalu mengukuhkan keimanan serta rasa cinta Mas ke kamu, Dek," sambung Gus Fathan lembut yang semakin membuat Kaila tak mampu bersuara. Suaminya ini dari dulu memang selalu pintar dalam merangkai kata-kata untuk meluluhkan hatinya dan Kaila senang tentunya.

"Eh maaf ganggu, kita semua keluar dulu ya. Kalian pasti butuh waktu berdua kan?" interupsi Kyai Faisal yang membuat beliau menjadi pusat perhatian.

Gus Fathan tentu saja otomatis menatap ke arah ayah mertuanya dan tersenyum tipis menandakan jika dirinya juga setuju dengan usulan beliau. Namun, sebelum semua benar-benar keluar, tanpa disangka Kaila tiba-tiba bersuara lirih.

"Hasan sama Hasina ditinggal sini aja ya..? Aku belum lihat dan menyusui mereka," pinta Kaila lirih dan mau tak mau Umi Alma serta Umi Fatimah segera mengembalikan cucu-cucu mereka kepada orangtuanya.

Setelah Hasan dan Hasina diletakkan di sisi kanan kiri Kaila, semua keluarga yang semula ikut menunggu Kaila berangsur keluar dari ruang rawat inap Kaila. Hingga yang tersisa hanyalah Gus Fathan, Kaila dan bayi kembar mereka.

"Masih ada yang sakit gak Dek?" tanya Gus Fathan setelah begitu lama terdiam dan lebih memfokuskan perhatiannya kepada sang istri yang terlihat sangat antusias akan kehadiran bayi-bayi mungil di sisi kanan-kirinya.

Ibu muda 22 tahun itu mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang juga berstatus sebagai ayah dari bayi-bayi kembar di sisi kanan-kirinya saat ini. Meskipun masih terlihat pucat dan lemah, Kaila tetap mengulaskan senyuman manis terkhusus untuk Gus Fathan.

"Sakit? Semua ndak ada apa-apanya setelah aku melihat bayi-bayi mungil ini, Mas. Mas tahu gak kenapa aku bisa kumpul sama kalian lagi?" Diberikan pertanyaan seperti itu tentu saja Gus Fathan segera menggeleng kecil karena memang dirinya tidak tahu.

Perlahan Kaila meraih tangan berurat Gus Fathan dan menggenggamnya lembut. "Asal Mas tahu, aku tadi kayak didatengin sama beberapa anak kecil dan mereka bilang kalau aku harus pulang ke Abi dan adik kembar mereka. Aku gak tau ini beneran atau cuman halusinasinya aku aja, tapi dari ketiga anak kecil tadi ada Keela, Mas."

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang