•|| JUK-37

26.8K 2.3K 38
                                    

"Ujian tidak datang untuk merendahkan derajatmu, tetapi ujian datang untuk mengangkat derajatmu."

Muhammad Wildan Pumasa

.
.
.

Kaila yang saat ini masih terbaring di atas ranjang segera bangkit dan berjalan ke arah Dokter Afka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kaila yang saat ini masih terbaring di atas ranjang segera bangkit dan berjalan ke arah Dokter Afka.

"B-bagaimana k-kalau saya masih kekeh mempertahankannya, Dok?" tanya Kaila yang membuat Dokter Afka yang saat itu juga tengah berusaha meredakan tangisnya menatap padanya.

"Insyaa Allah ini tidak akan membahayakan sang ibu. Namun, jika Ning Kaila masih ingin mempertahankan, mungkin si kecil juga tidak akan bertahan lama."

Kaila mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, sebelumnya ia juga sudah mengelap habis sisa-sisa air matanya. Sedangkan Gus Fathan saat ini juga sudah berdiri tegak di sisinya. Bukankah setiap pasangan juga harus saling menguatkan?

"Kalau begitu saya akan mempertahankannya," putus Kaila begitu mantap.

Dokter Afka menatap sosok calon ibu itu dengan tatapan tak percaya. Begitu pula hal sama juga dilakukan oleh Gus Fathan.

"Dek? Kamu yakin?" Kaila kembali mengangguk.

"Aku ibunya, Mas! Bagaimana mungkin aku tega membunuh anakku sendiri? Mau seperti apapun kondisinya dia tetap anakku, Mas!" balas Kaila sangat mantap dan begitu yakin.

"T-tapi Ning?" sela Dokter Afka yang langsung membuat Kaila menoleh padanya.

Kaila mengangguk mantap, "Saya yakin kalau saya bisa, Dok. Dokter Afka juga seorang perempuan dan seorang ibu seperti saya, lalu bagaimana mungkin saya tega mengangkat janin saya sendiri? Saya adalah ibunya dan saya tidak mau sekaligus menjadi pembunuhnya."

Grep!

Sesaat Kaila mengatakan hal itu, Gus Fathan segera menarik tubuh sang istri ke dalam pelukan hangatnya. Baik Gus Fathan maupun Kaila membaur dan menangis di sana.

"Mas akan selalu mendukung semua keputusan kamu, Dek. Dia juga darah daging Mas, jadi kita pertahanin bareng-bareng ya?" Kaila mengangguk dan lebih mengeratkan pelukan mereka.

"Lala j-juga akan berusaha mempertahankan anak kita, Mas. Meskipun nyawa taruhannya Lala siap, asalkan dia bisa melihat dunia. Bahkan jika nanti Lala dipanggil duluan, Lala juga ridho lillahi ta'ala."

Mendengar perkataan sang istri yang sedikit ngawur membuat Gus Fathan segera melepaskan pelukan mereka. Dipegangnya kedua bahu kecil sang istri.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang