•|| JUK-8

40.8K 3.2K 23
                                    

✨بسم اللّه الرّحمن الرّحيم✨

"Ingatlah bahwa kentut dan omongan itu sefrekuensi, karena jika sudah terlanjur keluar gak akan bisa dimasukkan lagi."

~Jodoh Untuk Kaila~

Terlihat Umi Fatimah tengah mondar-mandir di teras ndalem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat Umi Fatimah tengah mondar-mandir di teras ndalem. Reval yang sedang mengelap mobil sudah sangat jengah melihat kelakuan uminya.

"Umi kenapa sih? Perasaan udah lebih dari 15 menit Reval liat Umi mondar-mandir kayak gini," tanya Gus Reval setelah menuntaskan acara ngelap mobil dan menghampiri Umi Fatimah yang berada di teras.

Umi Fatimah mendongak ke atas untuk menatap putra sulungnya yang memang memiliki tinggi diatas rata-rata. Tatapan beliau menyiratkan sebuah kecemasan yang sangat kentara. Reval sedikit menunduk dan memegang kedua bahu kecil uminya, "Kenapa Umi, hmm?"

Hembusan napas gusar terdengar dari Umi Fatimah, "Sekarang udah jam 7 lebih 10 menit tapi Kaila belum kesini. Padahal Umi udah bilang buat ke ndalem jam 7 kurang."

"Lah Umi ngajak mbak Kaila to?" tanya Reval seraya menegakkan badannya dan berjalan ke arah kursi panjang yang terdapat di teras ndalem. Umi Fatimah membalikkan badannya ke arah Gus Reval dan mengangguk tanda mengiyakan.

"Umi udah minta tolong mbak pondok buat panggilin mbak Kaila belum? Kan siapa tau mbaknya masih ada urusan atau gimana gitu," ceplos Gus Reval di sela-sela acara ngopi paginya. Iya memang sebelum ia mengelap mobil tadi, ia membuat kopi untuk dirinya sendiri.

Umi Fatimah menepuk pelan jidatnya, "Astaghfirullahal'adzim, Umi sampai lupa." Reval menatap jengah Uminya, gini nih kalo yang namanya faktor umur sering lupa kan. "Ya udah, kalo gitu Umi pergi dulu," pamit Umi Fatimah yang diangguki oleh Gus Reval.

Umi Fatimah berjalan menuju kantor pengurus yang memang berada di dekat ndalem. Sesampainya di sana beliau memanggil salah satu mbak pengurus, "Assalamu'alaikum, Mbak Tami." Kebetulan sekali di kantor hanya ada Mbak Tami yang tengah membereskan kantor, salah satu santri senior di sana. Sontak saja Mbak Tami menoleh ke arah pintu kantor.

"Wa'alaikumussalam, Umi." Mbak Tami segera menghampiri Umi Fatimah yang tengah berdiri di luar pintu kantor, setelah menaruh sapunya terlebih dahulu.

Disalaminya terlebih dahulu tangan gurunya itu. "Wonten nopo nggeh Umi? (Ada apa ya Umi?)" tanya Mbak Tami sopan dengan sedikit membungkukkan badannya. Bukan apa-apa tetapi ini termasuk salah satu adab seorang santri kepada guru mereka.

"Gini Mbak, Umi mau minta tolong panggilin Mbak Kaila ya," pinta Umi Fatimah dengan lemah lembut. Mbak Tami mengangguk tanda mengiyakan, "Nggeh, sekedap Umi. (Iya, sebentar Umi)."

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang