•|| JUK-59

13.3K 1.5K 81
                                    

“Hidup memang tidak selalu mudah, tapi dengan selalu mengikutsertakan Allah di setiap jalan hidup kita, Insyaallah akan selalu ada kemudahan.”

Azkaila Mahida

.
.
.

Tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok... Tok... Tok...

Kaila dan Rara yang saat ini tengah asyik menyantap pecel lele di ruang makan, sontak jadi saling pandang ketika terdengar ada suara ketukan pintu. Kedua perempuan itu hanya saling melempar pandangan untuk beberapa menit.

"Tolong bukain pintu, Dek! Mbak lagi ngasih makan anak-anak Mbak nih." Rara yang juga masih asyik menyocolkan daging ikan lele miliknya ke sambel, otomatis menatap kakak sepupunya tak terima.

"Harus banget Rara ya Mbak? Nanggung banget loh ini... Nah liat, leleku pasti nangis nanti kalau tak tinggalin. Mbak gak kasian ini tinggal kepalanya aja loh, badannya udah hancur tak makan sama tak mutilasi. Kalau gak sekalian dimakan nanti kasian," protes Rara sedikit ngawur.

Kaila tentu saja hanya menatap adiknya itu jengah. Rara memang selalu seperti ini, aneh bin ajaib.

"Kayaknya emang kamu ini perlu pawang deh, Dek. Keanehan kamu udah masuk stadium akhir soalnya. Nanti lah Mbak telpon Abahmu biar kamu cepet-cepet dicariin pawang, syukur-syukur kalau beneran dijodohin sama Gus Abbad," ceplos Kaila tiba-tiba.

Brakk...

Suara nyaring kursi dimundurkan terdengar jelas memenuhi indra pendengaran Kaila dan siapa lagi jika bukan Rara pelakunya. Dengan langkah malas-malasan serta sosoknya yang terus menggerutu di sepanjang langkah kakinya, membuat siapa saja yang melihat pasti akan tertawa terpingkal-pingkal, seperti Kaila ini misalnya.

"Hahaha.... Emang dasar, kalau gak diancem pasti juga gak bakalan mau itu bocah satu. Kayaknya adekku yang satu ini emang harus terus tak paco-pacoin sama Gus Abbad deh, hehehe...."

Di lain itu Rara yang sudah membuka pintu, menatap aneh sosok di depannya. Penampilannya memang seperti santriwati pada umumnya, tapi entah kenapa perasaan Rara tidak enak saat melihat perempuan di hadapannya ini.

"Assalamu'alaikum Mbak, Ning Kailanya ada?" tanya santriwati itu sekali lagi, karena sedari tadi Rara hanya menatap tamu kakak sepupunya ini dengan pandangan meneliti dan tanpa menjawab apapun.

"Ehh astaghfirullahal'adzim.... Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Maaf mbak, ada apa ya?" tanya ulang Rara seraya meraup wajahnya untuk berusaha mendapatkan kesadarannya kembali.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang