‼️CERITA LENGKAP‼️
[AL FATIH SERIES 1]
Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya.
Lalu tak berselang lama ia men...
"Puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan dia yang entah berjodoh dengan orang lain ataukah dengan kematian."
- Sakti Dewangga Syailendra -
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• BEBERAPA SAAT SEBELUM KEJADIAN
Di ruang keluarga ndalem saat ini terdapat sepasang suami istri yang tengah bersantai. Mereka adalah Gus Abbad dan Rara, sepasang pengantin baru yang menikah belum lama ini.
"AAAAA.... Suapin Mas lah, Dek...," mohon Gus Abbad sok memelas kepada Rara yang saat ini tengah asyik menyuap makanan dengan mata yang juga fokus menonton serial kartun duo botak. Bahkan Rara yang dimintai suapan hanya melirik suaminya tak minat.
Padahal kenyataannya Rara tahu betul jika suaminya itu sudah sarapan tadi. Di saat yang lain sarapan, Rara memang masih mandi jadi wajar jika dirinya sarapan terakhir.
"Deeekk.... Kok nyuekin Mas sih?! Mas kan mau mamam bareng jugaaa...," keluh Gus Abbad kembali sok imut dan Rara sebagai istri hanya bisa mengelus dada serta merotasikan mata.
Dipandanginya wajah suaminya yang sayangnya sungguh tampan itu. Padahal Rara awalnya ingin menatap garang Gus Abbad tapi beberapa kali matanya justru gagal fokus.
Perlahan Rara menghela napas dan sebisa mungkin mengulas senyuman manis. "Kan tadi Mas Abbad udah sarapan. Masa belum kenyang juga, hmm?" tanya Rara berusaha bersikap kalem. Diberikan pertanyaan seperti itu tentu saja Gus Abbad menggelengkan kepalanya keras tapi tak lama berganti dengan sebuah anggukan.
"Emm... Mas emang udah sarapan sih, tapi cuman dikit pooll.... Soalnya Mas gak nafsu makan kalau gak ada kamu, hambar banget rasanya." Rara mengangguk beberapa kali seolah mengerti.
"Serius hambar? Padahal masakan Umi enak semua loh, Mas. Dulu aja sebelum kita nikah, kata Umi tuh kamu yang paling doyan makan masakan Umi deh. Terus kenapa pas abis nikah jadi bilang hambar?" pancing Rara ingin tahu.
Gus Abbad yang tanpa merasa curiga pun segera menjawab pertanyaan sang istri, "Iya, hambar karena gak ada kamu, Dek. Soalnya kamu itu ibarat penyedap rasa buat Mas, jadi kalau kamunya ndak ada ya hambar rasane." Rara mengangguk-angguk dan tak lupa senyuman manis yang turut hadir di wajah ayunya.
"Ooooh... Jadi masakan Umi hambar gitu, hmm? Woalah dasar sontoloyo!" geram Umi Fatimah yang muncul tiba-tiba dan langsung menjewer telinga anak bungsunya.
"AAAAAAAAA.... Ampun Mi ampuuun.... Serius masakan Umi mah selalu juaraaa... Iya kan, Dek?" Rara yang semula berada di samping Gus Abbad, tiba-tiba berpindah tempat di sebelah Umi Fatimah seraya merangkul lengan ibu mertuanya.
"Gak ada Mi! Tadi masa Mas Abbad bilang kalau makan gak ada Rara tuh gak enak. Katanya rasanya hambar, Mi. Wah harus dikasih hukuman tuh Mi orangnya," lapor Rara memanas-manasi yang justru semakin membuat Gus Abbad memberengut.