•|| JUK-14

33.6K 2.9K 31
                                    

Tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tok... Tok... Tok...

"Assalamu'alaikum," Semua orang yang ada di ruang kelas menoleh ke arah pintu dan di sana terlihat ada salah satu Gus mereka,yaitu Gus Fathan yang terlihat panik.

"Wa'alaikumussalam." Setelah salamnya dijawab, Fathan segera berjalan masuk. Wildan yang paham situasi pun segera berdiri dari duduknya.

"Ada apa, Than?"

"Gus, Ning Kaila pingsan," jawab Gus Fathan lirih supaya tidak didengar oleh para santri.

Wildan melotot kaget, "Kok bisa?"

Fathan menggelengkan kepalanya karena memang ia tidak tau duduk permasalahannya. "Than tolong gantiin ya? Aku tak kesana dulu lihat keadaannya," Fathan mengangguk mengiyakan.

"Mohon maaf sebelumnya, karena saya memiliki urusan yang sangat penting jadi untuk kelas saat ini akan dilanjutkan oleh Gus Fathan. Sekian dari saya, wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh." Setelah menerima balasan dari para santri, Wildan segera berjalan keluar dengan sangat cepat.

Di lain itu para santri sendiri lumayan banyak yang mendesah kesal. Karena jam mereka yang sebelumnya diisi oleh Ustadz Wildan yang terkenal fleksibel dan membuat para santri menyukainya. Sedangkan untuk Gus Fathan ini terkenal akan ketegasannya dan terkesan jarang sekali tersenyum.

×××

Keluarga ndalem memutuskan untuk membawa Kaila ke rumah sakit dan sudah hampir 1 jam lamanya, Kaila belum juga sadarkan diri. Dokter yang menangani Kaila tadi mengatakan jika Kaila terlalu memforsir dirinya.

Hal itu menyebabkan Kaila kecapekan dan tifusnya kumat. Pihak keluarga dari Kaila yang ada di Surabaya juga sudah dikabari dan saat ini tengah berada di perjalanan.

"Maaf sebelumnya, apa tadi Mas Dewa merasakan jika nduk Kaila sedang tidak enak badan atau pun ada pucat dan sebagainya?" Pak Dewa menggeleng saat ditanya seperti itu oleh Kyai Fajar. Karena menurutnya sedari tadi Kaila terlihat baik-baik saja dan tidak ada ciri-ciri orang sakit atau apa.

Kyai Fajar menghela napasnya dengan tangan yang masih setia mendekap tubuh Umi Fatimah yang baru saja tertidur karena kelelahan menangis. Iya, sedari Kaila jatuh tak sadarkan diri Umi Fatimah tak berhenti menangis. Wildan sendiri tengah berada di dalam ruangan Kaila, karena untuk sementara waktu hanya boleh satu orang saja yang menemani.

"Maaf Pak Kyai, tapi tadi saat kita ke ndalem untuk meminta ijin tiba-tiba setelah mengucap salam Kaila pamit dengan mata memerah."

DEG!!

Tubuh Zahra menegang, apa Kaila mendengar pembicaraan mereka? Kaila memang selalu menutup rapat privasinya. Bahkan hingga saat ini Zahra tidak tau siapa orang tua Kaila.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang